REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Pengaruh kondisi cuaca di bidang pertanian cukup signifikan, baik itu dari suhu, curah hujan, kelembapan udara, dan kecepatan angin.
Karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, produktivitas menurun, serta kesehatan tanaman secara keseluruhan.
Salah satu petani bawang prei di Jalan Sukamaju Ujung, Kota Banjarbaru, Soliah menerangkan, kondisi suhu yang ekstrem dapat merusak tanaman, sehingga berpengaruh terhadap produktivitas dan kualitas hasil panen.
Tak hanya itu, kekurangan air dan kelebihan air dapat merugikan pertumbuhan tanaman yang menyebabkan penyakit seperti jamur dan bakteri.
“Cuaca begini bawang prei banyak yang busuk dan mati, bahkan sekarang panennya berkurang tidak begitu banyak,” katanya. Jum’at (10/5/24).
Oleh karena itu, kondisi cuaca ekstrem sangat berpengaruh terhadap hasil panen para petani, bahkan menyebabkan ketidakmaksimalan pertumbuhan tanaman.
“Sebelumnya panen bisa sampai 1 ton lebih, sekarang tidak sampai paling sekitar 9 pikul atau 900 kilogram,” ungkapnya.
Meski demikian, Soliah mengaku selalu berupaya untuk mempertahankan pertumbuhan tanamannya agar tetap bagus dan maksimal dengan memberikan vitamin.
“Kalau menggunakan bibit yang bijian itu prosesnya terlalu lama minimalnya 6 bulan baru bisa dipanen, sedangkan membibit sendiri tidak terlalu lama sekitar 2 sampai 3 bulan sudah bisa dipanen,” jelasnya.
Adapun sebelumnya harga bawang prei berkisar diangka Rp20 ribu hingga Rp30 ribu per kilogram, sekarang menjadi Rp60 ribu per kilogram.
“Sekarang mendingan Rp60 ribu, sebelumnya seharga Rp20 ribu sampai Rp30 ribu, tapi bibitnya juga mahal,” bebernya.
Sementara itu, seorang pedagang martabak, Syahdan mengaku, bahwa harga bawang prei saat ini cukup tinggi.
Namun, karena bawang prei adalah salah satu bahan utama dalam pembuatan martabak yang mengharuskannya dirinya untuk tetap membeli.
“Mahal sekali, satu kilogramnya Rp60 ribu bahkan sampai Rp65 ribu, ya mau tidak mau tetap harus dibeli meskipun mahal,” tandasnya.