REDAKSI8.COM, Banjarbaru – Yayasan Bekantan TB Kalimantan Selatan menggelar kegiatan Mapping dan Membangun Kemitraan dengan CSO lokal yang Menangani Isu-isu Kesehatan, Hak Asasi Manusia, Gender, Populasi kunci TBC, Pemuda, Perempuan dan Kelompok Pekerja Sosial, Selasa (30/4/2024) kemarin di Hotel Roditha Banjarbaru.
Peran dan potensi komunitas sebagai aktor penting dalam keberhasilan upaya eliminasi TBC. Kolaborasi lintas sektor serta penguatan peran komunitas merupakan salah satu strategi demand creation yang jelas tertulis dalam Strategi Nasional untuk Eliminasi TBC dan Perpres No. 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC.
Seperti yang disampaikan oleh Project Manager Helmi bahwa pentingnya kemitraan, jejaring dan kolaborasi program dalam upaya penanggulangan TBC. Kerjasama dan koordinasi dalam rangka membangun kemitraan dengan stakeholder dan multi sektor ini sangat penting.
“Oleh sebab itu, Yayasan Bekantan TB Kalimantan Selatan melalui project ASSET hibah CFCS12 Stop TB Partnership menginisiasi kemitraan dalam upaya penanggulangan TBC Bersama stakeholder, Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), Dunia Usaha, Lembaga Filantropi dan Penggiat Sosial Masyarakat lainnya untuk berkolaborasi bersama dalam program eliminasi TBC,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa tujuan kegiatan memfasilitasi pertemuan jejaring Organisasi Penyintas TBC (OPT), Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dan Para Pihak lainnya di tingkat provinsi untuk memperkuat komitmen eliminasi TBC.
Helmi meneruskan, selain itu juga membangun kemitraan dengan stakeholder lokal, lintas sektor dan multi sektor lainnya yang sudah dipetakan untuk berkolaborasi dan berpartisipasi aktif dalam mendukung program eliminasi TBC
Perlu diketahui bahwa tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (M.tb). Dan ini masih menjadi masalah kesehatan global hingga sekarang 2024.
TB Global Report Organisasi Kesehatan dunia (WHO) yang dirilis 07 November 2023 masih menempatkan Indonesia pada urutan ke-dua (II) teratas kasus TBC di dunia.
Pemerintah Indonesia mencatat kasus TBC tertinggi sepanjang sejarah terjadi pada 2022 dan 2023. Lebih dari 724.000 kasus TBC baru ditemukan pada 2022, dan jumlahnya meningkat menjadi 809.000 kasus pada 2023.
Diestimasikan terdapat 1.060.000 kasus TBC baru setiap tahunnya dengan angka kematian mencapai 134.000. Akar masalah penyakit TBC yang sangat kompleks dan terkait dengan tanggung jawab semua.
Program dan sektor di jajaran pemerintah bersama masyarakat. Karena TBC adalah masalah bersama dan TB is everybody business, maka pencapaian Eliminasi TBC 2030 tidak dapat dilakukan dengan business as usual.
Namun memerlukan komitmen kuat, dukungan dan peran serta secara terpadu dari seluruh jajaran lintas sektor baik kementerian / lembaga, pemerintah daerah maupun pemangku kepentingan lain termasuk perseorangan, kelompok masyarakat, institusi pendidikan, organisasi profesi, kalangan swasta, dunia usaha, media massa, lembaga swadaya masyarakat, dan mitra pembangunan penanggulangan TBC lainnya.
Peran dan potensi komunitas sebagai aktor penting dalam keberhasilan upaya eliminasi TBC. Kolaborasi lintas sektor serta penguatan peran komunitas merupakan salah satu strategi demand creation yang jelas tertulis dalam Strategi Nasional untuk Eliminasi TBC dan Perpres No. 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC.
Komunitas memiliki keunggulan untuk melakukan inovasi dengan cepat dan beradaptasi pada perubahan serta tantangan dalam memberdayakan masyarakat. Selama lebih dari satu dekade.
Komunitas di Indonesia telah bersama pemerintah dalam menunjukkan kemampuannya dalam menggerakkan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan TBC di fasilitas kesehatan melalui kegiatan investigasi kontak, penyuluhan, dan skrining pada populasi berisiko tinggi dan terdampak TBC.
Komunitas juga telah berkontribusi dalam melakukan pendampingan pasien untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan serta mencegah orang mangkir atau putus berobat.