REDAKSI8.COM – Sampai sekarang para petani Banjarbaru masih mengalami kesulitan menangani hama penyakit pada tanaman cabai seperti patek atau yang sering disebut cacar.
Hal tersebut diungkapkan seorang petani cabai merah keriting di Jalan Kurnia, Kota Banjarbaru Sunarsih, katanya, beberapa petani cabai di tempatnya belum menemukan obat yang cocok untuk mengatasi hama patek.
“Tidak tahu apa obatnya, dikasih obat BionM juga tidak mempan, masih saja diserang patek,” ucapnya.
Sunarsih menyayangkan, selain permasalahan hama, harga jual cabai merah keriting di pasaran pun anjlok (turun).
Tercatat dari bulan November sampai Januari, harga perkilogramnya berkisar dari Rp8 ribu sampai Rp9 ribu saja.
Tapi sekarang ujar Sunarsih, harganya sudah naik lagi ke angka 20 ribu rupiah per perkilogram.
Itu pun belum bisa dibilang stabil, Karena sebelumnya harga jual cabai merah keriting bisa mencapai Rp50 ribu hingga Rp65 ribu perkilogram.
Pun, harga obat semprot terseret naik, sehingga petani terpaksa membeli meskipun harga jual cabai merah keriting sangat murah.
“November, Desember, sampai Januari pernah diharga 8 ribu dan 9 ribu perkilo, obat semprot juga mahal 200 ribuan,” ungkapnya.
Dari sekelumit masalah yang dihadapi para petani tersebut, Ia berharap Pemerintah Kota Banjarbaru bisa memberikan sosialisasi kepada para petani, bagaimana cara untuk mengatasi serangan hama patek pada tanaman cabai.
Di wilayah yang sama, Mandono juga membenarkan, pada panen cabai sebelumnya banyak petani mengalami kerugian.
Karena serangan hama yang cukup ganas, sehingga pertumbuhan dan produksi buah cabai merah keriting terhambat.
“Gagal panen lah. Dulu sembilan naik kesepuluh nanti turun lagi, harga anjlok, kalo hasil panen tetap sama saja,” jelasnya.
Sudah jatuh tertimpa tangga, setelah gagal panen, keadaan petani setempat kata Mandono diperparah dengan rendahnya harga jual cabai.
Dimana sekarang harganya Rp20 ribu perkilonya. Akibatnya, membuat biaya operasional perawatan tanaman tidak sebanding dengan hasil panen yang diperoleh oleh petani.
Meski begitu, dirinya tetap terus menanam cabai dengan mencoba bibit yang berbeda dengan bibit yang ditanam oleh petani lain yaitu bibit djitu.
Menurutnya, bibit djitu cukup baik pertumbuhannya dan tidak terkena hama patek. Hanya dilakukan 1 kali semprot setiap minggunya.
“Bibitnya beda. Disana pakai bibit taro, saya pakai bibit djitu, tapi harga anjlok, harganya 20 ribu per kilo sekarang,” tandasnya.
(Red8.Irma)