Bimtek ini menjadi momentum penting untuk memperkuat peran KP-SPAM sebagai ujung tombak pengelolaan air bersih berbasis masyarakat, khususnya di wilayah pedesaan yang masih menghadapi tantangan akses air minum layak.
Dalam sambutannya, Camat Karang Intan, H. Pusaro Riyanto, menekankan bahwa KP-SPAM bukan sekadar kelompok teknis. Mereka adalah garda terdepan dalam mewujudkan pemerataan air bersih di desa.
“Peran KP-SPAM sangat vital. Tidak hanya mengelola infrastruktur, tetapi juga memastikan bahwa masyarakat dapat menikmati hak dasar atas air bersih secara adil dan berkelanjutan,” ujarnya penuh semangat.
Ia juga menyoroti pentingnya profesionalisme dan partisipasi warga dalam menjaga sistem penyediaan air minum agar tetap berjalan optimal.
Kegiatan ini dihadiri para pengelola KP-SPAM dari berbagai desa se-Kabupaten Banjar. Mereka mendapat pembekalan dari para narasumber berkompeten, yang membahas mulai dari teknik perawatan sistem air bersih, pengelolaan keuangan, manajemen risiko, hingga pendekatan partisipatif dalam tata kelola SPAM.
Tak hanya itu, para peserta juga terlibat aktif dalam diskusi kelompok dan simulasi lapangan, yang membuka ruang pertukaran pengalaman antar desa.
“Bimtek ini bukan hanya soal teori. Kami belajar langsung bagaimana memperbaiki jaringan pipa, mencatat keuangan, hingga menyelesaikan konflik antarwarga soal distribusi air,” ujar Abdul Malik, pengelola KP-SPAM dari Kecamatan Sungai Tabuk.
Bimtek ini menjadi langkah nyata Pemerintah Kabupaten Banjar dalam mendorong kemandirian desa sekaligus membangun sistem air bersih yang berkelanjutan. Dengan peningkatan kapasitas SDM KP-SPAM, diharapkan pelayanan air bersih tidak hanya bisa menjangkau lebih banyak warga, tetapi juga lebih efisien dan berdaya guna.
“Kami ingin membentuk KP-SPAM yang tidak hanya paham teknis, tetapi juga kuat dalam tata kelola, transparan, dan mampu mandiri. Air bersih adalah kebutuhan pokok, dan harus bisa diakses siapa pun tanpa terkecuali,” ungkap salah satu narasumber dari Dinas PUPR.
Bagi masyarakat di pelosok Banjar, air bersih bukan hanya soal kebutuhan sehari-hari, tapi juga soal harapan akan kehidupan yang lebih layak.
Melalui kegiatan seperti ini, suara-suara dari desa menemukan wadahnya: belajar, berbagi, dan bergerak bersama membangun sistem pelayanan dasar yang berpihak pada rakyat.