REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Alih-alih gerak cepat membangun sebuah proyek untuk memecahkan persoalan mitigasi bencana banjir yang kerap melanda kawasan pemukiman warga di Kelurahan Cempaka, pemerintah Kota Banjarbaru dinilai justru buru-buru mengerjakan proyek lain yang tidak begitu urgent, yakni pembangunan Tugu Nol Kilometer.

Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Banjarbaru Nurkhalis Ansyari menilai, proyek tugu Nol Kilometer yang akan dibangun di bekas halte Kemuning Banjarbaru itu terkesan seperti terburu-buru.

Bahkan menurutnya, proyek tersebut membebani Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Banjarbaru Tahun 2023.
Ia berpendapat, proyek Nol Kilometer tersebut, bukanlah program yang urgent untuk dibangun.
Malahan, hal-hal yang lebih utama dibutuhkan masyarakat Banjarbaru pikir Khalis adalah soal mitigasi bencana banjir.
“Sebelum disahkan program pembangunan itu, dalam pembahasan mengalami perdebatan antara pemko dan DPRD Banjarbaru, karena saat itu kami banyak memberikan saran,” ungkapnya.
Sebab katanya, selain permasalahan mitigasi bencana banjir, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di puskesmas pun sejauh ini masih kurang, malah tidak ada.
“Sebenarnya kami kalau ada pembangunan selalu mendukung, namun tetap dalam kajian dan pengawasan, serta kami beri catatan juga,” ujarnya.
Ketika pembahasan pembangunan Nol Kilometer lanjut Khalis, wakil rakyat menyarankan menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) saja, jangan APBD.
Karena dilihat dari status Kota Banjarbaru yang sudah berubah menjadi Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan, ada kebanggaan jika pembangunan Nol Kilometer tambah Khalis dibangun dari dana provinsi maupun pusat.
“Sebenarnya lebih bagus menggunakan dana provinsi atau pusat, karena saat ini Banjarbaru adalah Ibukota Provinsi, mungkin karena ingin cepat jadi menggunakan APBD,” jelasnya.
Lebih jauh Nurkhalis menjelaskan, terkait penamaan, pihaknya ingin melibatkan dari tokoh-tokoh masyarakat, para pelaku sejarah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan tokoh RT/RW untuk merumuskan bangunan seperti apa yang sebenarnya diinginkan dari Tugu Nol Kilometer tersebut.
Sehingga sejarah dan ikoniknya lebih jauh kepada Redaksi8.com bisa mereka dapat dari apa yang mereka bangun.
“Secara geografis tugu Nol Banjarbaru berada dimana titiknya, dan ini benar-benar harus di cek dari sejarah, apakah benar-benar di titik parkir tersebut atau di lainnya,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Cipta Karya PUPR Kota Banjarbaru Nina Aprodita menjawab, rencana pembangunan Tugu Nol Kilometer itu sudah melalui uji publik.
Bahkan mengundang beberapa elemen masyarakat, seperti tokoh-tokoh masyarakat, para sejarawan, budayawan, juga SKPD terkait yang nantinya akan berhubungan dengan pembangunan Nol Kilometer.
“Kemarin kita sudah melewati satu fase, karena ini satu bangunan yang memang termasuk salah satu ikon Kota Banjarbaru,” ujarnya.
Nina mengaku, pembangunan Nol Kilometer merupakan salah satu tindak lanjut dari ditetapkannya Kota Banjarbaru menjadi Ibu Kota Provinsi Kalsel.
Ia berpendapat, selama ini lokasi tersebut kurang diperhatikan selepas pasar dipindahkan dan fungsinya kurang optimal.
Sehingga, pihaknya mengalih fungsikan menjadi satu taman untuk berkumpul masyarakat yang baru.
“Kita ingin ada satu ikon sebagai salah satu penanda, pertama Kota Banjarbaru sudah resmi ditetapkan sebagai Ibu Kota Provinsi, kedua bisa menjadi salah satu tempat ruang terbuka yang baru,” pendapatnya..
Kemudian, untuk standar, mutu, dan kualitas, tukas Nina, sudah sesuai dengan yang diinginkan.
Terlepas dari pihak pelaksana dan jasa menawar itu sesuai kemampuannya, dan sudah menjadi salah satu resiko mereka, sehingga tidak masalah.
Terpenting standar, mutu, dan kualitas sudah sesuai dengan yang pihaknya inginkan.
“Jadi harapan kedepannya nanti tidak ada penurunan mutu,” inginnya..
Tugu Nol Kilometer akan dibangun di lahan seluas kurang lebih sekitar 327 meter persegi.
Anggarannya sebesar Rp1,7 Miliar dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
“Target penyelesaiannya sekitar bulan Desember 2023 rampung,” pungkasnya.
Penulis Irma
Dari hutan, kumpulan beberapa warung dan kios termasuk toko buku, terakhir taman plus parkiran pasar Bauntung. sekarang ba ulah apa lagi, sampai biayanya sekian milyar. ada apa ditanah sekian meter persegi jadi rami dipandirakan. itulh urang banua BAHERA DAHULU HANYAR BA TABUK LUANG…..mohon maaf dan ampun ulun ni.