REDAKSI8.COM, BANJAR – Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Banjar serahkan 5 unit bantuan kolam terpal bioflok pada 5 kelompok di Kecamatan Karang Intan dan Beruntung Baru.
Bantuan diserahkan untuk warga di Kecamatan Beruntung Baru 1 kelompok dengan anggaran senilai Rp54 juta.
Kemudian, di Kecamatan Karang Intan ada 4 kelompok, diantaranya Mandiangin Barat 1, turun lagi dari Desa Karang Intan 1, Jingah Habang 1 dan Pasar Lama 1 kelompok. Total anggarannya Rp216 juta.
Dananya menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2022.
Tujuan pengadaan untuk meningkatkan produksi ikan, menumbuh kembangkan sektor perikanan dan perekonomian terhadap kelompok-kelompok di Kabupaten Banjar.
Kasi Pengelolaan Pembudidayaan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan, Kabupaten Banjar, Aprian mengatakan, bantuan yang diserahkan ke Kecamatan Beruntung Baru itu berupa kolam terpal bundar beserta bibit ikannya.
Sedangkan di Kecamatan Karang Intan, hanya kolam terpal bundarnya saja.
“Kelompok di Beruntung Baru kolam terpal bundar dan bibit ikannya, di wilayah Kecamatan Karang Intan 4 kelompok itu bantuannya kolam terpal bundar saja, pakan dan benih itu di Martapura dan Martapura Barat,” bebernya.
Adapun persyaratan untuk membentuk kelompok tersebut katanya, minimal anggotanya berisi 10 sampai 15 orang.
Lalu masyarakat harus memiliki Kartu Kusuka (Kartu Usaha Perikanan dan Kelautan). Tak luput , wajib punya NIB (Nomor Induk Berusaha).
Namun, mereka (kelompok) tidak bisa langsung mendapatkan bantuan jika kelompok tesebut baru saja dibentuk.
Syaratnya, setelah 2 tahun pembentukan kelompok baru bisa diusulkan.
“Jika sudah melengkapi persyaratan itu, baru kita bentuk dan kita fasilitasi dengan dinas bersama penyuluh perikanan,” ujarnya.
“Baru kita berikan rekomendasi sesuai dengan permasalahan yang ada dilapangan, kita evaluasi jika ok, baru kita usulkan ke provinsi maupun ke pusat sesuai permintaan,” sambungnya.
Lebih jauh, ketahanan dari kolam terpal bundar bisa sampai 5 tahun. Tergantung perawatan dari masing-masing kelompok.
“Tergantung, kalau secara teknis, kalau bisa kolamnya jangan sampai kering harus terisi penuh terus, kalau kering terkena panas jadi cepat rapuh terpalnya,” jelasnya.
Sedangkan untuk pilihan bibit itu sendiri tidak ditentukan oleh pihaknya, sehingga masing-masing kelompok bisa menyesuaikan kempuannya membibit ikan.
“Semua ikan bisa, cuman kembali lagi ke modal pakannya sekarang cukup mahal, kaya pepuyu, gurame itu tidak perlu tambahan pakan,” terangnya.
Kelebihan kolam terpal bundar ujarnya kontrol ikan lebih mudah. Soalnya ada keterbatasan kapasitas. Ditambah, panen ikan akan lebih gampang.
Alhasil, perbedaannya ada pada kapasitas penampungan ikan ayng dibudidaya.
“Kalau kolam yang ditanah, memang sarananya sama saja, hanya saja ingin mengalihkan dan memudahkan pekarangan-pekarangan rumah yang tidak termanfaatkan,” sebutnya.
Sementara itu, salah satu anggota kelompok Karya Iwak Banua, Ocim mengungkapkan,meski banyak keunggulan, bersama anggota kelompoknya menjalankan pembibitan ikan, nyatanya ditemukan sejumlah banyak kendala, yakni lokasi kolam terpal bundar jauh dan tidak ada pondok ataupun lampu, sehingga tidak dapat mengawasi kondisi ikan setiap saat.
“Sebenarnya bermanfaat saja kalau tempatnya dipindah, sekarang kan itu masalahnya hilang terus, bagaimana jadi mau bermanfaat, kalau lokasinya jauh disitu,” katanya.
Beberapa hari yang lalu, Ocim mengatakan, ada pengontrolan dari dinas yang bersangkutan.
Saat itu Ia meminta kolam terpal bundar untuk dipindah supaya bisa bermanfaat bagi kelompoknya.
“Kalo boleh misalkan dipindah, biar biaya pindah dari kami, yang penting bangunan dan bioflok nya tetap ada dan izinnya,” ungkapnya.
Menurutnya, jika ingin pembibitan ikan ini berguna bagi dirinya, maka izinkan kolam terpal bundar di pindah ke tempat yang lebih dekat.
“Aku buat pembibitan saja, aku juga punya dilokasi, kolam terpal, kolam plastik, untuk pembesaran kami tolak kemarin waktu ditawarin, aku tidak minta tapi ditawarin,” terangnya.
Disamping itu, saat menjalankan pembibitan dilokasi tersebut, Ia mengalami kerugian terus menerus, sehingga kolam terpal bundar dari pemerintah tidak lagi digunakan.
Contohnya, Ia membibit 10 ribu dalam satu bioflok, kemudian hilangnya 20 ribu, lalu di kali 200, maka kerugiannya senilai Rp4 juta.
“Aku kalau ngejalanin terus bertambah-tambah saja kerugiannya, dan kalo dekat sini kan bermanfaat bagi kami,” pungkasnya.