KALSEL, REDAKSI8.COM – BMKG Kalimantan Selatan (Kalsel) menghimbau Pemerintah Daerah (Pemda) dan stakeholder serta masyarakat waspada pada kondisi suhu panas dengan kelembaban tinggi (gerah), yang terjadi beberapa pekan belakangan.
Apalagi dengan cuaca ekstrem seperti hujan lebat dengan durasi pendek, angin kencang dan puting beliung yang umumnya berpotensi pada periode peralihan musim di bulan April – Mei 2023.
“Saat musim kemarau harus diwaspadai potensi kekeringan dan ancaman terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla),” ujar Prakirawan Iklim BMKG Kalsel, Arif Rahman saat dihubungi Redaksi8.com, Sabtu (29/4) pukul 10.31 WITA.
Terkait suhu panas yang dirasakan beberapa pekan belakangan yang dinilai ekstrem oleh masyarakat di Kalsel bagi Arif, jika ditinjau dari segi klimatologi merupakan kondisi yang masuk kedalam kategori normal.
Di Kalsel sendiri suhu maksimum harian dari awal bulan April hingga sekarang yang diamati oleh stasiun BMKG di Banjabaru, Syamsudin Noor dan Kotabaru masih berada pada kisaran 30 – 34.4 derajat celcius.
Ia menjelaskan, Indonesia berada di wilayah tropis, dimana sepanjang tahun suhu temperatur rata-ratanya adalah 25 derajat celsius di pagi hari dan 33-34 derajat celsius di siang hari.
Meski demikian, ada dua periode dalam satu tahun ketika Matahari melintas dan mendekati khatulistiwa.
Semisal sebagai efeknya, saat matahari melintasi mendekati khatulistiwa pada akhir bulan Maret, maka dua bulan berikutnya April dan Mei, suhu di sekitar wilayah Indonesia akan naik dan terasa lebih panas, begitu juga di Kalsel.
“Memang ada jedanya dan tidak naik secara langsung, akibat dari gerak semu matahari,” cetusnya.
Biasanya kata Arif, matahari akan melintas di khatulistiwa pada Maret dan September setiap tahunnya.
Periode panas yang dirasakan di Indonesia dan khususnya Kalsel saat ini tuturnya, adalah konsekuensi dari gerak semu matahari yang berlangsung, biasanya terjadi di April dan Mei, setiap tahun.
“Akibatnya pada temperatur suhu menjadi lebih hangat dari biasanya. Dampak dari adanya suhu panas tersebut masyarakat jelas lebih merasa gerah,” pendapatnya.
Hal tersebut terjadi karena suhu cuaca menjadi sedikit lebih tinggi dari biasanya. Selain itu, gerah yang dirasakan oleh masyarakat juga terjadi karena uap air dari transisi musim hujan ke musim kemarau.
Sehingga, ketika temperatur suhu naik dan kelembapan udara pada periode transisi juga masih tinggi, menyebabkan kondisi yang dirasakan tidak nyaman atau sangat gerah.
“Kondisi panas ini tidak langsung berhubungan dengan kondisi El Nino, karena hingga update dasarian kedua April 2023 kondisi menunjukkan kondisi ENSO Netral (0.09), sedangkan Indeks IOD menunjukkan kondisi IOD Neetral dengan nilai +0.16,” paparnya
Diprediksi ENSO tetap Netral hingga pertengahan tahun 2023, walaupun beberapa pusat iklim dunia memprediksi kondisi ENSO Netral menuju ElNino pada pertengahan tahun 2023.
Kondisi IOD diprediksi pada kondisi netral hingga bulan Oktober 2023.
Kondisi ENSO Netral dan IOD Netral ini menyebabkan kondisi atmosfer wilayah Indonesia secara umum, dan khususnya Kalsel sama dengan kondisi klimatologisnya.
Perlu diwaspadai musim kemarau yang diprediksi tidak lebih basah dibandingkan tahun sebelumnya 2020-2022 (pada fase Triple Dip La Nina).
Prakiraan musim kemarau 2023 di wilayah Kalsel, BMKG memprediksi 74% dari luas wilayah Kalsel mengalami Awal Musim Kemarau (AMK) 2023 pada kisaran bulan Mei dan Juni 2023.
Sedangkan 16% wilayah lainnya sebagian besar seperti di Kabupaten Tanah Laut dan sebagian kecil di Tanah Bumbu dan Kotabaru bagian darat akan memulai AMK pada periode Juli 2023.
“10% wilayah lainnya meliputi Tanah Laut bagian timur, sebagian kecil Tanah Bumbu serta Kotabaru di Pulau Laut dan Pulau Sebuku akan memulai AMK pada periode Agustus 2023,” rinci Arif.
Jika dibandingkan terhadap normal atau dari periode tahun 1991 sampai 2020 jelas Arif, secara umum 46% wilayah diprediksi mengalami AMK lebih awal, diikuti 37% wilayah lainnya yang diprediksi sama dengan normalnya.
Sedangkan 17% wilayah lainnya diprediksi mundur atau lebih lama meliputi sebagian besar Kabupaten Tabalong, Hulu Sungai Utara , Balangan dan Kotabaru Pulau Laut bagian selatan.
Sedangkan sebagian kecilnya terjadi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kotabaru bagian darat.
Sifat hujan selama musim kemarau 2023, secara umum 59% wilayah diprediksi mendekati kondisi klimatologisnya/ Normal (N).
Sedangkan 41% wilayah meliputi Tabalong bagian utara dan selatan, Tanah Bumbu dan Kotabaru, Balangan, HSU, HST, HSS, Tapin, Banjar dan Tanah Laut diprediksi lebih rendah daripada kondisi klimatologisnya atau dikenal dengan istilah Bawah Normal (BN).
Puncak Musim Kemarau 2023 di wilayah Kalsel diprediksi tidak terjadi bersamaan, secara umum 61% wilayah diprediksi mengalami puncak pada bulan Agustus 2023.
Dimana 39% terjadi di wilayah HST bagian selatan, Tapin bagian timur, Kotabaru bagian darat, Kota Banjarbaru, HSS, Banjar, Tanah Laut, Kotabaru di Pulau Laut dan Pulau Sebuku serta Tanah Bumbu bagian barat dan timur mengalami puncak pada bulan September 2023.
Jika dibandingkan terhadap normal (periode 1991-2020), sebanyak 64% wilayah diprediksi mengalami puncak musim kemarau sama dengan normalnya, sedangkan 36% di wilayah Kalsel seperti di HSS bagian selatan, Tapin bagian timur, HSS, Banjar, Tanah Laut, Kotabaru di Pulau Laut dan bagian darat, serta Tanah Bumbu diprediksi Mundur atau Lebih Lama.
Menteri Luhut Sebut El Nino Dapat Berdampak Besar Terhadap Inflasi Pangan di Indonesia
Pada fenomena cuaca panas yang dinilai ekstrim sepekan belakangan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta seluruh masyarakat Indonesia waspada dan saling menjaga dimasa-masa sulit yang tengah terjadi sekarang.
Itu diungkapkannya supaya kerugian yang terjadi akibat peralihan cuaca bisa direduksi bersama demi kemaslahatan warga +62.
Dari informasi yang diperoleh pihaknya, Sekjen Organisasi Meteorologi Dunia sudah menyatakan fenomena La Nina yang telah terjadi selama tiga tahun berturut-turut dan membawa cuaca lebih basah akhirnya telah berakhir, sebagai gantinya El Nino akan membawa suhu menjadi tinggi sehingga membuat cuaca menjadi lebih kering.
“Berdasarkan data yang kami dapatkan, suhu laut juga telah mencapai rekor tertingginya setelah terakhir terjadi pada tahun 2016 yang lalu,” tulisnya dalam akun Instagram pribadinya @luhut.pandjaitan, Rabu (26/4/2023).
Belum lagi katanya gelombang panas yang mendorong rekor suhu tertinggi di Asia akhir-akhir ini.
Dari pemodelan cuaca yang didapatkan sambung Menteri Luhut, El Nino di prediksi akan terjadi pada Agustus 2023, meskipun ketidakpastian tingkat keparahan El Nino masih sangat tinggi.
“Belajar dari pengalaman tahun 2015 lalu yang terjadi di Indonesia, El Nino berpotensi menyebabkan dampak kekeringan yang luas dan juga kebakaran hutan dan lahan di beberapa daerah,” paparnya.
Hal tersebut baginya berkorelasi terhadap turunnya produksi pertanian dan pertambangan, berdasarkan data IMF.
Kemudian dampak luas terhadap inflasi Indonesia, lantaran besarnya kontribusi inflasi pangan terhadap inflasi keseluruhan.
Ini terjadi karena diperkirakan 41% lahan padi mengalami kekeringan ekstrim di tahun tersebut.
Data World Food Programme bahkan menyebutkan, 3 dari 5 rumah tangga kehilangan pendapatan akibat kekeringan, dan 1 dari 5 rumah tangga harus mengurangi pengeluaran untuk makanan akibat kekeringan.
“Untuk itu, kami akan bersiap dalam kondisi yang paling ekstrem sekalipun,” tukasnya.
“Saya meminta seluruh K/L terkait juga Pemerintah Daerah untuk mulai bersiap sejak dini, memperhitungkan segala langkah yang mesti ditempuh agar pengalaman buruk delapan tahun lalu tidak terulang kembali,” pungkasnya.
Diketahui, Indonesia mulai mengembangkan teknologi modifikasi cuaca sebagai senjata menghadapi El Nino.