REDAKSI8.COM, Banjarbaru – Peristiwa angin puting beliung dan cuaca ekstrim yang cukup sering terjadi beberapa waktu lalu, menjadi peringatan kepada masyarakat agar selalu waspada dan mengantisipasinya.

Angin puting beliung berkaitan erat dengan fase tumbuh awan cumulonimbus, dimana terjadinya arus udara yang naik ke atas dengan tekanan yang cukup kuat di dalam awan.
Pada saat ini, proses terjadinya hujan (titik-titik air/kristal es) masih tertahan oleh arus udara yang bergerak naik menuju puncak awan.
Fase selanjutnya yaitu fase dewasa atau masak. Dalam fase ini, titik-titik air tadi tidak lagi tertahan oleh udara yang naik ke puncak awan. Hujan kemudian akan turun dan menimbulkan gaya gesek antara arus udara yang naik dan yang turun.
Pada fase dewasa ini, temperatur massa udara yang turun memiliki suhu yang lebih dingin dibandingkan dengan udara di sekelilingnya. Pada arus udara yang naik ataupun turun menimbulkan arus geser yang memuntir lalu membentuk pusaran. Arus udara yang berputar semakin lama semakin cepat akan membentuk sebuah siklon yang disebut dengan angin puting beliung.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Banjarbaru, Miftahul Munir mengatakan, berdasarkan kondisi yang dipantau oleh BMKG Banjarbaru di pertengahan dan akhir bulan Februari, curah hujan akan lebih rendah dibanding dengan awal bulan Januari.
”Karena lebih rendah, ada beberapa hari yang tidak terjadi hujan. Kondisi yang tidak terjadi hujan itu yang akan mengakibatkan panas radiasi matahari tinggi, karena masih kondisi Monsun Asia dan banyak uap air, radiasi tinggi tetapi kelembaban juga tinggi, maka mudah terbentuk proses konvektif seperti awan Cumulonimbus itu,” terangnya.
Cuaca yang awalnya panas menyengat namun tiba-tiba berubah menjadi mendung dan berangin bahkan turun hujan, Miftahul menjelaskan ketika terjadi proses penguapan air, salah satu dampaknya suhu menjadi terasa gerah dikarenakan kelembaban yang cukup tinggi.
”Dari prakiraan (cuaca) yang kami lakukan dalam 10 hari terakhir, area yang masih rawan (cuaca ekstrim) itu sekitar Pelaihari, curah hujannya lebih rendah dari daerah lainnya. Cuma memang daerah mana yang rawan, itu daerah yang historisnya pernah terjadi (puting beliung). Misalnya daerah-daerah dataran yang vegetasinya kurang (homogen). Kecepatan angin di atas 40 knots, sudah masuk kriteria ekstrim,” ungkapnya.
BMKG Banjarbaru menghimbau kepada masyarakat Kalimantan Selatan agar selalu waspada terhadap perubahan cuaca.
”Hujan itu biasanya disertai dengan jeda, perlu diwaspadai juga terjadinya awan konvektif tadi (Cumulonimbus), karena awan jenis ini dapat menyebabkan angin kencang (puting beliung), hujan deras atau petir. Dalam kondisi tinggi bisa terjadi hujan es. Untuk itu masyarakat perlu berlindung di dalam bangunan yang kokoh (jika terjadi angin puting beliung), jangan berlindung di bawah pohon, karena rawan tersambar petir,” himbaunya. (tim)