Dengan mengusung konsep pelatihan alam terbuka, Journalist Camp edisi kelima ini tak hanya mengajarkan teori jurnalistik, tetapi juga mengajak peserta terjun langsung ke lapangan. Suasana belajar yang santai namun tetap serius diyakini akan memberi pengalaman berkesan dan mendalam.
“Kita ingin peserta tak sekadar tahu cara menulis berita, tapi juga paham nilai informasi yang benar dan bagaimana menyampaikannya secara bertanggung jawab,” ujar Sayyid Maulana Ahmad, Ketua Pelaksana Journalist Camp 5.
Sebanyak 100 peserta terpilih, dari kalangan pelajar, mahasiswa, komunitas, organisasi kepemudaan hingga Kelompok Informasi Masyarakat (KIM), ikut ambil bagian dalam pelatihan ini secara gratis. Mereka akan mendapat materi langsung dari para narasumber ternama, termasuk perwakilan PWI Kalsel, JMSI, AJI, IJTI, Dewan Pers, Direktorat Intelkam Polda Kalsel, hingga sesi kewirausahaan dari Jhonlin Group.
Tak sekadar belajar menulis, peserta juga diajak memahami dunia digital secara utuh. Dari cara memilah informasi yang benar, menangkal hoaks, hingga membuat konten menarik dan relevan di era media sosial.
“Ini awal yang baik untuk kolaborasi antara pemerintah dan komunitas media. Harapannya, kegiatan ini bisa jadi agenda tahunan,” kata Erlinda, mewakili Diskominfo Kalsel.
Ia juga menekankan pentingnya memperkuat literasi digital di tengah arus informasi yang begitu cepat. “Komunikasi publik paling efektif adalah yang berasal dari masyarakat sendiri,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua PWI Kalsel, Zainal Helmie, menyoroti pentingnya jurnalis membuka diri terhadap perkembangan zaman dan menjangkau komunitas.
“Profesi kita sedang menghadapi tantangan besar. Untuk itu, kita harus terus membangun kepercayaan publik dengan pendekatan yang lebih manusiawi dan membumi,” tegasnya.
Dengan semangat gotong royong dan semilir angin pegunungan, Journalist Camp V bukan sekadar pelatihan—ia adalah gerakan. Gerakan menuju masyarakat yang lebih cerdas, kritis, dan bijak dalam bermedia.