REDAKSI8.COM, BANJARMASIN – Suasana Taman Budaya Kalimantan Selatan bergemuruh oleh gelak tawa, tepuk tangan, dan kekaguman pada Jumat malam, 18 April 2025. Teater tradisi Mamanda, seni pertunjukan khas Banjar, kembali menunjukkan tajinya lewat pementasan bertajuk “Prahara di Tambak Utuy”, yang dibawakan oleh Dewan Kesenian Kabupaten Banjar dalam rangkaian Aruh Teater Kalsel memperingati Hari Teater Sedunia.
Lakon yang menggambarkan konflik dan intrik di negeri fiktif Tambak Utuy itu disajikan dengan gaya Mamanda yang khas penuh humor, sindiran sosial yang cerdas, serta sarat nilai-nilai budaya lokal. Tokoh-tokoh legendaris Mamanda seperti Raja, Patih, Panglima, hingga Rakyat Jelata hadir memukau lewat penampilan seniman-seniman lokal yang tampil begitu total.
Pementasan ini digagas dan disutradarai oleh Penasehat Dewan Kesenian Kabupaten Banjar, H.A. Rafiq, dibantu oleh Astrada M. Ramadhani Abe, hanya dengan waktu latihan yang terbilang singkat, yakni tiga hari saja. Namun hasilnya, luar biasa. Penonton dibuat larut dalam cerita yang menghibur sekaligus mengedukasi.


Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Banjar, Rahmat Saleh, mengungkapkan rasa bangganya bisa membawa Mamanda kembali ke panggung besar.
“Alhamdulillah, kita mendapat kehormatan untuk tampil di Aruh Teater Kalsel. Ini bukan sekadar pementasan, tapi juga langkah nyata dalam merawat dan menghidupkan kembali kebudayaan Banjar,” tuturnya.
Ia juga menyampaikan apresiasi terhadap para seniman yang telah mencurahkan semangat luar biasa, meski dengan keterbatasan fasilitas dan waktu.
“Hanya dengan latihan tiga hari, kawan-kawan berhasil menghadirkan pertunjukan yang penuh ruh dan makna. Ini bukti cinta mereka terhadap seni dan budaya,” tambahnya.
Tak lupa, Rahmat juga menyampaikan harapannya kepada pemerintah daerah agar lebih memperhatikan dunia kesenian dan para pelaku budayanya.
“Saya merasa terhormat menjadi bagian dari Dewan Kesenian Kabupaten Banjar. Semoga ke depan, perhatian terhadap para seniman semakin besar, karena mereka adalah aset daerah yang ikut menggerakkan visi Banjar Maju, Mandiri, dan Agamis.” ucapnya.
Selain itu juga, Rahmat Saleh sampaikan terimakasih kepada Disbudporapar Kabupaten Banjar yang sudah sangat mendukung dalam kegiatan ini melalui Kabid Kebudayaan Pak Syahid dan Kasi Kesenian Ibu Ina Wangsih, serta support kawan-kawan dewan kesenian semua yang luar biasa.
Dalam waktu dekat, pihaknya juga berencana melakukan audiensi dengan Bupati Banjar untuk menyelaraskan program seni dan budaya dengan visi-misi pembangunan daerah.
Malam itu, Prahara di Tambak Utuy tak hanya menjadi sebuah pertunjukan. Ia menjelma menjadi pernyataan lantang bahwa warisan budaya seperti Mamanda masih hidup, relevan, dan mampu menjadi jembatan antar generasi.