REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Ketua Lembaga Pengawasan Reformasi Indonesia (LPRI) Kalimantan Selatan (Kalsel) diduga menjanjikan uang sebesar Rp200 ribu kepada sejumlah pemantau pada pemungutan suara ulang (PSU) Banjarbaru.

Seorang warga inisial M mengaku, sebelum PSU Syarifah Hayana memintanya untuk merekrut orang-orang menjadi pemantau, dimana orang-orang itu nanti akan ditempatkan di setiap TPS.
Dari Syarifah Hayana kepada dirinya berjanji akan memberikan uang sebesar Rp.200 ribu kepada setiap orang.
Rp100 ribu diawal dan Rp100 ribu setelah selesai perhitungan suara hingga kotak kosong memenangi PSU, serta memperoleh C 1 hasil dari TPS TPS.
Semuanya berjalan lancar, M merekrut puluhan orang untuk di tempatkan di TPS salah satu kelurahan di Banjarbaru yang ia pun minta untuk merahasiakan nama kelurahan.
Namun pada saat selesai PSU dan hasil perhitungan suara selesai dengan hasil Pasangan Lisa Halaby-Wartono menang atas kotak Kosong, Ia pun datang untuk menagih sisanya yang telah dijanjikan oleh Syariah Hayana.
Namun, Syarifah Hayana sempat enggan mengeluarkan uang sisanya dengan alasan Kotak kosong kalah.
“Waktu sebelum pemilihan (PSU Banjarbaru) kita dijanjikan 200 ribu perorang ia (Syariah Hayana) bilang kotak kosong pasti menang, untuk uangnya 100.000 diawal dan 100.000 sisanya apabila kotak kosong menang setelah selesai perhitungan, nah saat selesai perhitungan kotak kosong kalah, waktu saya menagih sisanya ibu Syarifah sempat menolak dengan alasan Kotak kosong kalah,” paparnya, Selasa (20/05/2025).
Lebih jauh kepada Redaksi8.com, dengan alasan bagaimana janji ia dengan orang-orang yang telah ia rekrut akan menyerahkan sisa uangnya setelah selesai, akhirnya Syarifah Hayana mengeluarkan sisanya sebanyak jutaan rupiah.
Kemudian M keluar dan membagikannya kepada tim pemantau yang ia rekrut untuk diwilayah kelurahannya.
“Waktu saya keluar dari bangunan ruko yang dijadikan tempat atau kantor LPRI, beberapa orang ibu-ibu sempat ribut yang juga menagih sisa uang yang telah dijanjikan oleh anggota LPRI, sepertinya mereka juga orang-orang yang ditempatkan di TPS TPS kelurahan,” terangnya.
“Tidak lama saya pun pulang dengan rasa kecewa dan sadar bahwa LPRI sebagai pemantau ternyata juga tidak netral,” sambungnya.
Hal itu pun akhirnya terbukti pada sidang Mahkamah Konstitusi (MK) kemarin, membongkar beberapa orang anggota dari LPRI merupakan Anggota Partai, diantaranya Partai PKS, PPP dan Gelora yang menambah kekecawan M.
“Bagaimana tidak kecewa, mereka (LPRI) koar-koar mengklaim bahwa mereka independen tapi faktanya mereka juga memiliki kepentingan,” tuturnya.
Ia membeberkan, Syarifah Hayana merupakan kader partai PKS yang ikut sebagai kontestan pada pileg tahun 2024 lalu, dimana M salah satu relawan pemenangan.
Syarifah Hayana pun kalah suara oleh kader partai PKS yang saat ini duduk sebagai Anggota DPRD Kota Banjarbaru.
M berpesan, kepada pihak yang koar-koar dimedia sosial dengan menebar isu-isu bohong mengklaim pihaknya independen, malah membuat gaduh masyarakat dan terbukti juga ada kepentingan politik dibelakannya membuat banyak orang kecewa.
“Seperti yang koar-koar di medsos bilangnya haram manyarah, kalau ribut kita di Banjarbaru apakah dia mau datang ke sini, malah dia membuat adu domba perpecahan di masyarakat kita,” pungkasnya.
Saat dihubungi via whatsapp baik telepon maupun chat dan menunggu beberapa jam hingga pagi hari ini, Rabu (21/05/2025), Syarifah Hayana masih belum ada respon hingga berita ini diterbitkan.