Acara ini tak sekadar pertemuan biasa. Ia menjadi titik balik penting dalam membangun kekuatan masyarakat tani sebagai garda depan dalam melindungi lahan dari ancaman api yang kerap menghantui musim kemarau di Kalimantan Selatan.
Plh. Kepala Distan Banjar, Retno Sri Murwani, dalam sambutannya menggarisbawahi bahwa karhutla bukan hanya masalah pemerintah, tetapi musuh bersama yang harus dihadapi dengan kolaborasi dan kesiapsiagaan seluruh elemen masyarakat.
“Kebakaran lahan dan hutan bisa melumpuhkan ekonomi, mencemari udara, dan merusak lingkungan. Tapi dengan kerja sama yang solid, kita bisa cegah itu semua. Petani adalah garda terdepan. Mereka tidak hanya menjaga lahan, tapi juga menjaga kehidupan,” tegas Retno.
Dalam kegiatan ini, para peserta yang berasal dari berbagai KTPA di Kabupaten Banjar diberikan pembekalan intensif—mulai dari teknik identifikasi dini titik rawan kebakaran, simulasi pemadaman dengan alat sederhana, hingga strategi membangun koordinasi cepat antaranggota dan instansi terkait seperti TNI, Polri, serta Manggala Agni.
Tak hanya itu, suasana juga dibuat interaktif dan aplikatif, agar peserta tak hanya mengerti teori tapi juga siap praktik di lapangan. Diskusi kelompok, simulasi respons darurat, serta pemetaan wilayah rawan karhutla menjadi bagian penting dari agenda hari itu.
Retno juga menyampaikan harapannya agar KTPA tidak hanya berperan saat api mulai menyala, tetapi lebih dari itu: menjadi agen perubahan di masyarakat, menyebarkan edukasi tentang bahaya karhutla dan pentingnya menjaga lingkungan secara berkelanjutan.
“Kami ingin KTPA menjadi komunitas yang tangguh, bukan hanya reaktif tapi juga proaktif. Edukasi, kesiapsiagaan, dan kepedulian harus menjadi budaya baru dalam bertani dan menjaga alam,” imbuhnya.
Melalui kegiatan ini, Pemerintah Kabupaten Banjar berharap dapat membentuk jaringan KTPA yang kuat, terlatih, dan sigap, siap menjadi ujung tombak dalam menjaga kelestarian lingkungan sekaligus menjamin keberlanjutan sektor pertanian.