REDAKSI8.COM, BANJARBARU Apam Paranggi merupakan salah satu wadai atau kue tradisional khas Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel).
Berbentuk bulat dengan warna agak kecoklatan dan putih, Apam Paranggi memiliki tekstur yang lembut, padat, legit, serta gurih.
Owner Apam Paranggi di Jalan Kemuning, Gutung Paikat, Kota Banjarbaru, Risda menerangkan, kue ini bahan utamanya terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan santan dan bahan-bahan lainnya.
“Kue khas Banjar, kami baru buka 2 bulan, karena disini (di Banjarbaru) jarang sekali ada yang jual Apam Paranggi,” ujarnya, Kamis 21/3/24).
Risda mengatakan, awal mula dirinya hanya coba-coba menjual 3 kilogram adonan Apam Paranggi dalam sehari.
Namun ternyata diluar ekspektasi, saat ini penjualan Apam Paranggi sudah mencapai 40 kilogram adonan atau kurang lebih sekitar 200 pcs yang habis terjual dalam sehari.
“Ternyata dibulan Ramadhan Apam Paranggi malah ramai, sangat diluar ekspektasi, tapi yang aku lihat yang beli itu rata-rata usia 40 tahun keatas,” katanya.
Meski demikian, menurutnya, proses pembuatan kue Apam Paranggi ini cukup rumit, sebab adonannya harus dikamirkan (dipermentasikan) terlebih dahulu selama 4 jam, baru bisa dimasak.
Tak sampai disana, untuk memasaknya pun apinya harus kecil agar tidak gosong, kemudian ditutup dengan tungku yang terbuat dari tanah liat.
Yang mana tungku tersebut harus benar-benar dalam kondisi panas, agar adonan dapat mengembang dengan baik.
“Harganya Rp2.500 per pcs. Omzetnya itu sehari dalam 40 kilo adonan bisa Rp4 juta sampai Rp5 juta kotor, itu benar-benar diluar ekspektasi,” ungkapnya.
Sementara itu, salah satu pembeli, Setia mengatakan, dirinya biasa makan Apam Paranggi ditemani dengan minuman teh atau kopi supaya lebih nikmat.
Menurutnya, kue Apam Paranggi ini juga sangat cocok untuk menu tambahan saat berbuka puasa.
“Teksturnya legit, tidak terlalu manis, dan guring dari rasa santannya, paling nikmat dimakan saat masih panas,” ucapnya.