REDAKSI8.COM, KALSEL – Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan dan kebudayaan (Dikbud) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) Muhammadun (Madun<-red) akhirnya buka suara, terkait polemiknya dengan salah satu guru honorer di Kalsel, Amalia Wahyuni.
Pasca Madun memenuhi panggilan Inspektorat, dirinya memberikan klarifikasi melalui sebuah video yang saat itu dirinya tengah berada di Kantor Dinas Sosial (Dinsos) Kalsel, Selasa (10/9/2024).
Dalam video tersebut, Madun mengakui, kehebohan tersebut berawal dari kehadirannya dalam Rapat Koordinasi Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan SMK pada Senin (2/9/2024) lalu, di salah satu hotel di Banjarmasin.
Menurutnya, rakor yang dihadiri puluhan guru BK se-Kalsel tersebut berjalan normal lancar.
“Di 15 sampai 20 menit awal, kegiatan berjalan lancar-lancar saja,” ungkapnya.
Akan tetapi, sontak suasana berubah setelah teguran atas tindakannya yang merokok dalam ruangan disampaikan langsung oleh Amalia kala itu.
Madun tidak mengakui dirinya merokok ketika rapat koordinasi tengah berlangsung.
“Waktu itu rokok saya memang ada di tangan. Lalu, saya minta asbak itu untuk mematikan (rokok),” ujarnya.
Setelah itu, ujar Madun, dia ditegur oleh Amalia yang berjarak beberapa meter dari posisi dia duduk.
Momen itulah yang menjadi awal perselisihannya dengan Amalia.
Kurang lebih 5 menit sempat terjadi dialog antara Madun dengan Amalia. Lepas dari dialog, Amalia keluar dari ruangan rakor.
“Bukan saya loh yang menegur, (tapi<-red) dia yang menegur saya. Ya meski begitu, ibarat sebagai ayah dengan anak didik, saya siap memaafkan,” ucapnya di video itu.
Pun, Madun membantah jika disebut memakai kaos saat kegiatan berlangsung.
Soalnya, ia merasa pakaian yang dikenakannya saat itu merupakan baju dinas jenis PDH.
Meski begitu, Madun membenarkan waktu itu dirinya mengenakan sendal sebagai alas kaki pada acara itu.
Sebab lebih jauh, alasan dirinya mesti memakai sendal berdasarkan rekomendasi terapis.
Madun saat ini tengah mengalami sakit saraf terjepit. Dimana penggunaan sandal saat jam kerja sudah dilakukan selama delapan tahun terakhir.
Rutinitasnya itu sudah dimaklumi oleh kebanyakan guru dan kepala sekolah di bawah Disdikbud Kalsel.
“Saya memang tidak memakai sepatu karena keram. Jadi saya mohon maaf, karena rekomendasi terapis disarankan untuk kaki selalu terbuka,” tandasnya.
Diketahui, klarifikasi itu disampaikan Madun beberapa jam sebelum namanya dilaporkan Ketua LSM Babak, Aliansyah ke Polda Kalsel atas dugaan ajakan adu bacok.