REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Hebohnya dugaan kasus tindakan pelecehan seksual di salah satu pondok pesantren (ponpes) di Kota Banjarbaru menjadi atensi serius di lingkungan Pemerintah Kota (Pemko) Banjarbaru.
Walikota Banjarbaru Aditya Mufti Ariffin mengaku sangat menyayangkan peristiwa seperti itu terjadi di tempat orang-orang yang menimba ilmu agama Islam.
“Tentu hal ini harus dapat penyikapan yang serius,” ucap, Wali Kota Banjarbaru, Aditya Mufti Ariffin, Selasa (6/2/24).
Karena menurutnya, kejadian seperti ini telah mencoreng nama baik Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) yang berjuluk sebagai Kota agamis.
Selain itu, Aditya memastikan korban pelecehan yang masih dibawah umur ini mendapat pendampingan dari dinas terkait, sebab pasti meninggalkan trauma yang mendalam bagi korban.
“Perlu pendampingan agar trauma yang dialami korban ini bisa sembuh,” sarannya.
Dengan begitu, Pemko Banjarbaru sudah mengintruksikan SKPD terkait untuk melakukan mitigasi khusus dan sosialisasi dengan menyasar pesantren-pesantren lainnya.
“Kasus ini dilakukan oleh oknum bukan institusi, untuk itu kami akan melakukan sosialisasi dan mitigasi melalui Dinas Pengendalian Perempuan, Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APMP2KB),” terang Aditya.
Sementara itu, Kepala DP3APMP2KB Kota Banjarbaru, Puspa Kencana menyampaikan, korban saat ini dalam pendampingan psikologis dari UPT Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).
“Korban sudah ditangani UPTD PPA kita, kepala UPTD sudah mendatangi ke pesantren hari Senin (5/2/24) dan akan ditangani psikolog sampai trauma korban hilang,” jelasnya.
Puspa mengatakan, kondisi korban saat ini sudah mulai lebih membaik, tetapi masih ada sisa trauma.
“Korban sudah mau berinteraksi, tetapi memang masih ada trauma,” tuturnya.
Sebagai informasi, Sat Reskrim Polres Kota Banjarbaru hingga saat ini masih terus melakukan penyidikan dan korban sudah mendapatkan pendampingan dari unit PPA di Dinas DP3APMP2KB.