REDAKSI8.COM, BANJAR – Kabupaten Banjar selain sebagai lombong padi juga sebagai penghasil ikan budidaya terbesar di Kalimantan Selatan. Budidaya ikan di Kabupaten Banjar dengan sistem budidaya kolam yang berada di sepanjang aliran irigasi dan jala apung yang berada di waduk riam kanan dan juga aliran sungai Riam Kanan dan juga aliran sungai Karang Intan.
Petani budidaya ikan menurut data dari Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Banjar sampai tahun 2024 ini sebanyak 1.580 orang yang tersebar di Kabupaten Banjar dengan budidaya mandiri dan juga sebanyak 71 kelompok dengan satu kelompok sekitar 15 orang dengan total petani budidaya ikan di Kabupaten Banjar hampir 3 ribu orang.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Banjar, Sipliansah Hartani didampingi oleh Kepala Bidang Perikanan Budidaya Bandi Cahirullah saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (1/10/2024) mengatakan bahwa target untuk tahun 2024 ini sebesar 55 ribu ton ikan budidaya yang dihasilkan di Kabupaten Banjar.
“Kita pada tahun 2024 telah menargetkan sebesar 55 ribu ton. Adapun pada tahun 2023 kemarin kita targetkan 54 ribu ton dan ternyata target tersebut tidak tercapai akibat kematian ikan yang cukup banyak. Ikan yang mati adalah ikan budidaya menggunakan jala apung yang berada di aliran sungai Riam Kanan dan sungai Karang Intan sehingga tidak mencapai target,” tuturnya.
Ia menjelaskan bahwa kematian ikan yang menerpa pembudidaya ikan menggunakan jala apung terjadi pada bulan Desember 2023 dengan total kematian lebih dari 2 ribu ton yang kebanyakan adalah ikan nila dan bawal akibat menurunnya oksigen di aliran sungai tersebut. Dari target 54 ribu ton hanya bisa mencapai 52 ribu ton.
Sipliansah Hartani menerangkan bahwa untuk tahun 2024 ini, baru triwulan pertama dan triwulan kedua yang sudah ada laporannya. Adapun untuk triwulan ketiga masih tahap penghitungan dan untuk triwulan ke empat masih tahap berjalan sampai akhir bulan Desember mendatang.
“Data kita yang kita olah tersebut masuk untuk laporan kepada Dinas Perikanan Provinsi Kalsel dan juga ke Kementrian Perikanan dan Kelautan Republik Indonesia. Jadi data yang kita sajikan itu benar benar harus sesuai,” ungkapnya.
Terkait target untuk budidaya ikan di Kabupaten Banjar setiap tahun selalu naik, karena perhitungannya selain untuk kebutuhan luar daerah juga kita harus mencukupi keperluan untuk warga Kabupaten Banjar khususnya dan warga Kalimantan Selatan pada umumnya.
“Perhitungan untuk target produksi yakni kita hitung jumlah penduduk di Kabupaten Banjar dan kita tambah untuk potensi keperluan penduduk di Kalimantan Selatan dan juga di Luar Kalimantan Selatan,” jelasnya.
Sipliansah Hartani mengukapkan bahwa untuk budidaya di Kabupaten Banjar yakni kebanyakan adalah Patin dan Nila, walau juga ada ikan yang lainnya seperti ikan Mas dan juga ikan Bawal. Karena ikan patin dan Nila merupakan ikan konsumsi terbanyak yang dicari.
Kabupaten Banjar selain mengirim ikan siap konsumsi juga mengirim benih benih ikan Patin dan Nila. Selain di wilayah Provinsi kalimantan selatan juga banyak dikirim ke Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.
“Untuk ikan siap konsumsi itu pengiriman ke Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah bahkan sampai ke Kalimantan Barat. Untuk bibit itu kebanyakan ke Kalimantan Tengan seperti Kapuas, Palangkaraya, Sampit dan Pangkalan Bun,” pungkasnya.
Ia juga berharap, dengan nantinya Kalimantan Timur sebagai Ibu Kota negara maka kebutuhan ikan lebih banyak lagi sehingga para pembudidaya memiliki tambahan pasar dan juga diharapkan harga juga bisa naik.
Sipliansah mengungkapkan bahwa untuk hasil ikan yang dihasilkan oleh petani budidaya ikan di Kabupaten Banjar dalam 3 tahun terakhir ini selalu mengalami peningkatan, dan sampai tahun 2023 sudah mencapai 52 ribu ton.
![](https://redaksi8.com/wp-content/uploads/2025/01/Blue-Elegant-Birthday-Instagram-Post.jpg)
![](https://redaksi8.com/wp-content/uploads/2023/12/Screenshot_20231213-1720172.png)
“Kalau kita hitung, 52 ribu ton dikalikan dengan harga 1 kg nya 20 ribu, maka perputaran uang untuk hasil budidaya ikan di Kabupaten Banjar dengan total lebih dari 1 triliun per tahun. Dan ini angka yang besar terhadap budidaya ikan. Belum lagi ikan yang lainnya, ini baru dari sektor budidaya dari petani budidaya ikan di Kabupaten Banjar,” sebutnya.
Sipliansah Hartani juga menerangkan bahwa pihaknya juga harus selalu memonitoring para petani agar para petani budidaya ikan ini bisa bertahan hingga produksi ikan di Kabupaten Banjar selalu meningkat sehingga bisa terus bisa mencukupi kebutuhan warga.
“Untuk pembudidaya ikan di Kabupaten Banjar masih bisa mencukupi dengan target yang diinginkan. Petani Budidaya ikan di Kabupaten Banjar bisa dikatakan stabil karena ada budidaya ikan yang istirahat tetapi juga muncul petani budidaya yang baru,” sebutnya.
Agar pembudidaya ikan terus berkambang, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Banjar selalu memberikan pelatihan kepada pembudidaya ikan seperti bagaimana cara budidaya ikan yang baik dan sebagainya, dan ini selalu rutin dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Banjar.
Selain memonitoring para petani dan juga melakukan pelatihan, yang menjadi kendala petani itu adalah pakan ikan yang harganya selalu naik sedangkan harga ikan hampir tidak ada kenaikan yang berarti sehingga ini juga menjadi keluhan para pembudidaya ikan. Dan ini yang sampai ini terus diusahakan oleh Pemerintah Kabupaten Banjar melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Banjar.
“Yang sampai saat ini yang menjadi kendala kita adalah pakan, karena tidak ada campur tangan pemerintah. Akhirnya terkait harga yaitu pabrik yang menentukan dan terserah mereka. Ini yang juga menjadi kendala utama bagi pemerintah karena keterbatasan anggaran akhirnya tidak bisa kerjasama baik mensubsidi dan sebagainya,” tuturnya.
Selain terkait pakan, juga Pemerintah Kabupaten Banjar melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Banjar juga mendapat kendala untuk merubah para pembudidaya ikan jala apung yang berada di aliran sungai Riam Kanan dan juga Karang intan untuk beralih sebagian ke kolam terpal.
“Saat ini kualitas air yang berada di aliran sungai Riam Kanan dan Karang Intan cukup buruk dan oksigen menurun akibat endapan lumpur dari pakan dan kotoran ikan yang sudah mengendap puluhan tahun. Kami menginkan untuk berpindah ke kolam terpal secara bertahap,” ucapnya.
![](https://redaksi8.com/wp-content/uploads/2024/12/IMG-20241222-WA0001.jpg)