REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Virus cacar monyet (Monkeypox/ Mpox) saat ini menjadi perhatian bagi seluruh kesehatan dunia. Sebab, Mpox adalah penyakit menular yang dapat menyebabkan ruam atau lesi pada kulit, pembengkakan kelenjar getah bening (di leher, ketiak atau selangkangan), demam, sakit kepala hebat, nyeri otot, sakit punggung, dan energi rendah/lemas.
Oleh karena itu, World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia telah menyatakan Mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian Internasional (PHEIC) dua kali, pertama kali pada Mei 2022 dan kedua pada Agustus 2024.
Dengan begitu, WHO bekerja sama dengan negara-negara anggota dan mitra untuk mencegah dan menanggapi wabah Mpox, termasuk mengkoordinasikan penelitian tentang vaksin, terapi, diagnostik, serta peralatan lainnya.
Menyikapi hal tersebut, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan (Dinkes), Kota Banjarbaru Erni Syafrida Noor menyampaikan, bahwa pihaknya telah menindaklanjuti surat edaran dari Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) mengenai kewaspadaan terhadap kasus Mpox untuk seluruh Kabupaten/Kota.
“Jadi kita di Kota Banjarbaru melakukan survei aktif dan menemukan suspek kasus Mpox ini sebanyak 2 orang, ada disalah satu rumah sakit dan di praktek dokter,” ujarnya, Rabu (4/9/24).
Erni mengatakan, ditemukannya dua orang dari dugaan kasus Mpox ini, Dinkes Banjarbaru langsung menguji secara klinis dengan melakukan pemeriksaan swab untuk pengambilan spesimennya.
Karena Pemerintah Kota (Pemko) Banjarbaru memiliki Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBLKM) Banjarbaru, sehingga hasil dari dugaan kasus Mpok tersebut bisa lebih cepat diketahui, dan hasilnya keduanya dinyatakan negatif.
“Jadi sudah kita ketahui dan alhamdulillah keduanya masih dinyatakan negatif. Untuk saat ini kasus positif Mpox di Kota Banjarbaru tidak ada,” ucapnya.
Meski demikian, Dinkes Banjarbaru akan terus tetap waspada dan mengantisipasi agar kasus Mpox ini tidak terjadi di wilayah Kota Banjarbaru.
Sebab, kasus Mpox lebih berbahaya bahkan beresiko kematian tinggi, misal seperti mereka yang berperilaku yaitu LSL (laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki) akan lebih mudah tertular.
“Memang tidak menutup kemungkinan ya kasus ini juga bisa meluas kepada kalangan lainnya, sebenarnya memang tidak mudah penularannya cuman resiko kematiannya besar atau lebih tinggi dibandingkan cacar pada umumnya,” jelasnya.
Lebih jauh Erni menjelaskan, Mpox dapat menular melalui kontak langsung dari orang ke orang, droplet, atau secara tidak langsung pada benda yang terkontaminasi.
Kontak langsung dapat melalui cairan tubuh, seperti cairan nanah atau darah dari lesi kulit orang yang terinfeksi.
Penularan kontak dari kulit ke kulit dapat terjadi saat berhubungan seks baik saat berciuman, sentuhan, seks oral, atau penetrasi dengan seseorang yang memiliki gejala.
Bahkan penularan juga terjadi melalui plasenta dari ibu ke janin (yang menyebabkan Mpox bawaan) atau kontak erat selama dan setelah kelahiran. Penularan melalui drop.
“Jadi dari gejala-gejala itu diobati, kan virus-virus jenisnya seperti itu lebih ke vaksinasi pengobatannya, tapi vaksinasinya mungkin terbatas juga karena Mpox ini kasus baru juga,” katanya.
Erni juga menerangkan, bahwa kasus Mpox ini berawal dari Afrika, namun jika hanya Afrika saja yang menanggulangi tidak bisa selesai, malah justru lebih memperparah karena virus itu bisa bermutasi, sehingga bisa membahayakan ke negara-negara dunia lainnya.
“Kalau ada kasus seperti ini dunia juga harus memperhatikan, karena resikonya bukan hanya negara itu saja tapi negara tetangga juga. Who pun juga menyikapinya untuk kejadian seperti ini tidak bisa lagi hanya negara tertentu saja yang menanganinya tetapi juga kesehatan dunia,” pungkasnya.
Sebagai informasi, apakah bisa orang sakit berat atau meninggal karena Mpox?, pada umumnya gejala Mpox bersifat ringan dan dapat sembuh sendiri dalam beberapa minggu.
Namun beberapa orang dapat menyebabkan komplikasi dan kematian terutama pada anak-anak, ibu hamil dan gangguan sistem imun. Komplikasi dapat berupa infeksi kulit sekunder, pneumonia, gangguan kesadaran dan masalah mata.
Adapun penanganan Mpox oleh Dinkes Kota Banjarbaru, yaitu dengan memantau perkembangan situasi dan Informasi Mpox melalui kanal resmi.
Kemudian, puskesmas melaksanakan pencegahan, deteksi dan respon mengacu pada pedoman pencegahan dan pengendalian Mpox tahun 2023.
Selanjutnya, menindaklanjuti laporan penemuan kasus suspek dari fasyankes yang berkoordinasi dengan puskesmas untuk melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) dalam 1×24 jam.