REDAKSI8.COM – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Banjarbaru terus bertambah.
Berdasarkan data Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarbaru, Jumlah kasus di bulan Januari sebanyak 50 kasus, sedangkan pada minggu pertama di bulan Februari bertambah 4 kasus, sehingga total jumlah kasus bertambah jadi sebanyak 54 kasus.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarbaru Erni Syafrida Noor mengatakan, pihaknya terus berupaya melalui dukungan dari media masa dan media lainnya untuk mengingatkan masyarakat.
Supaya bisa mewaspadai dan membersihkan adanya genangan air di lingkungan rumah yang bisa menjadi sarang nyamuk.
“Kita tentunya terus melakukan upaya-upaya, promosi, edukasi diberbagai media, termasuk media masa,” ucap Erni saat diwawancara awak media, Jum’at (10/2/23).
Erni berharap, masyarakat memperhatikan lingkungan, mulai dari membersihkan sampah-sampah yang tertampung yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
Sehingga populasi nyamuk berkurang dan akan menyulitkan terjadinya penularan DBD.
“Sampai sekarang yang paling efektif masih pemberantasan sarang nyamuk, karena ini rektor nyamuk berkembang saat musim penghujan seperti ini,” ungkapnya.
Sementara itu, Humas Rumah Sakit Daerah (RSD) Idaman Kota Banjarbaru Andri mengatakan, pada bulan September, sampai sekarang pasien DBD terus bertambah.
Namun menurutnya, pada bulan Maret biasanya sudah ada penurunan kasus.
“Di minggu ke 5 masih tetap 12 pasien, mudah-mudahan di minggu ke enam nanti bisa turun ya, karena memang musim pancaroba juga kan,” ungkapnya.
Baginya, yang mempengaruhi terjadinya kasus DBD ini karena terjadinya transisi atau pergantian antara dua musim (pancaroba), gaya hidup, serta tingkat kebersihan di masyarakat dan kurangnya kesadaran 3M dari masyarakat.
3M, menguras bak air, kedua menutup tempat-tempat yang digunakan untuk menampung air, dan yang ketiga memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang berpotensi untuk menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
“Memang musim paling penting berpengaruh sih, kita lihat sendiri cuaca tidak menentu, kadang panas kadang hujan,” pungkas Andri.
(Red-irma)