REDAKSI8.COM, BANJARBARU– Kabut asap akibat dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Kota Banjarbaru membuat mutu udara mulai menurun.
Meskipun kualitas udara di Kota Banjarbaru masih baik-baik saja.
Pemantauan kualitas udara menggunakan Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien (SPKUA) yang ada di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Al Munawarah.
SPKUA ini merupakan kerjasama antara Pemerintah Kota (Pemko) Banjarbaru dengan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementrian Lingkungan Republik Indonesia dan dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarbaru.
“Kita ngambilnya dari SPKUA yang dimiliki Kota Banjarbaru, yang kita dapatkan dari kementerian LH,” ucap Kepala Bidang (Kabid) Penegakan Hukum dan Pengendalian LH, DLH Kota Banjarbaru, Shanty Eka Septiani, Senin (21/8/23).
Dari tanggal 17 sampai 20 Agustus 2023, Partikulat PM 2,5 di Kota Banjarbaru dengan data selama 4 hari masih dalam kondisi sedang.
Walaupun demikian, kualitas udara di Banjarbaru belum bisa dikatakan baik.
Sebab, seluruh wilayah Banjarbaru setiap harinya masih terjadi karhutla yang menimbulkan kabut asap ketika pagi hingga siang hari.
Hal tersebut membuat Kadar Partikulat PM 2,5 dapat mempengaruhi kesehatan, seperti gangguan pernapasan, penyakit kardiovaskular, bahkan kematian.
“Jadi untuk mengurangi terpapar oleh partikulat PM 2,5 masyarakat dianjurkan menggunakan masker ketika bepergian diluar ruangan,” ujarnya.
Akibatnya, tidak menutup kemungkinan ada indikasi kenaikan kualitas udara dibandingkan jika tidak ada kejadian kebakaran.
Karena, jika dalam radius 5 Kilometer (KM) dari stasiun terpantau mengalami peningkatan untuk parameter PM 2,5, PM 10 dan HC hingga berada di kategori tidak sehat.
“Kalau tidak ada kebakaran PM 2,5 biasanya baik bewarna hijau tapi ini berwarna biru berarti ada indikasi,” katanya.
Sementara itu, Ketua RT. 02 RW. 01 Landasan Ulin Selatan, Hendra mengaku, sejumlah aktivitas warga sekitar menjadi terganggu, seperti jarak pandang dan kesehatan yang menurun.
“Kalau kabut asap ini memang sudah sekitar satu mingguan terjadi, keluhan warga ada yang aktivitasnya terganggu karena kabut asap, sesak nafas dan batuk,” ucapnya.
Ia berharap, kepada Pemerintah Kota Banjarbaru bisa membuatkan embung agar bisa mengatasi kebakaran lahan, sehingga bisa mengurangi kabut asap.
“Harapannya pemerintah bisa bikinkan embung, karena saat ini kekurangan debit air,” tandasnya.