REDAKSI8.COM, TANAH LAUT – Puluhan nelayan di Desa Muara Kintap, Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut berkumpul mengikuti kegiatan Sosialisasi dan Penyuluhan dari Tim Program Dosen Wajib Mengabdi (PDWA) LPPM Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Sabtu (24/8/2024) siang.
Para nelayan disana diajari bagaimana cara memetakan kawasan upwelling (taikan air<-red) di Daerah Potensial Penangkapan Ikan (DPPI) memanfaatkan teknologi website.
Meskipun para nelayan di Desa Muara Kintap bagi Ketua Tim PDWA Dr. Muhammad Syahdan, memiliki peluang besar untuk meningkatkan hasil tangkapannya, pada umumnya mereka masih memiliki pengetahuan dan keterampilan yang terbatas dalam mengidentifikasi kawasan potensial penangkapan ikan.
Sehingga dari situ, pihaknya berinisiatif memberikan pengetahuan terkait bagaimana cara mengoptimalkan hasil tangkapan berbasis teknologi website, melalui program Dosen Wajib Mengabdi.
“Kegiatan ini sebagai realisasi dan hibah pengabdian kepada masyarakat di tahun 2024,” ujarnya melalui keterangan tertulis kepada Redaksi8.com.
Berdasakan kapasitas kapal dan alat tangkap menurut Syahdan, kemampuan para nelayan Desa Muara Kintap memiliki peluang besar untuk mengakses daerah potensial di kawasan upwelling, tepatnya dibagian selatan Selat Makassar.
“Kondisi ini menunjukkan perolehan hasil tangkapan ikan dapat dioptimalkan sebaik mungkin, dengan syarat, nelayannya memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengidentifikasi kawasan potensial tersebut,” paparnya.
Akan tetapi sejauh ini Syahdan berpendapat, kebanyakan nelayan tradisional khususnya di Desa Muara Kintap, belum banyak yang mengetahui kawasan upwelling memiliki potensi tangkapan ikan yang melimpah.
Bahkan fenomena upwelling di perairan laut merupakan istilah yang masih asing di telinga mereka.
“Keterbatasan yang dimiliki oleh nelayan tradisional dalam menentukan daerah penangkapannya mengakibatkan perolehan hasil tangkapan ikan tidak cukup signifikan untuk meningkatkan pendapatannya dalam kondisi layak,” jelas Syahdan.
Nelayan tradisional sebagaimana yang dialami warga Desa Muara Kintap, sebagian masih menggunakan cara-cara tradisional menentukan daerah penangkapan.
Diantaranya, mencari sekumpulan burung di atas permukaan air, berpatokan pada benda-benda mengapung di laut, dan sebagainya.
“Pemantauan seperti itu memiliki keterbatasan dalam penginderaan, hasilnya pun masih sebatas dugaan,” ungkapnya.
“Sehingga kurang dapat dijadikan referensi dalam pengambilan keputusan mengenai pengarahan armada pada kawasan tersebut( tangkapan ikan<-red),” sambungnya.
Dalam kegiatan penangkapan ikan, pengetahuan mengenai lokasi dan masa kejadian upwelling secara tepat menurutnya dapat menentukan efisiensi dan keefektifan penangkapan ikan.
Sebab, kegiatan penangkapan ikan skala besar dapat dikelola secara baik untuk menghasilkan keuntungan yang optimal, dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan yang dimilikinya.
Bagi negara-negara dengan nelayan yang memiliki pengetahuan kelautan yang cukup maju, kawasan upwelling menjadi incaran dalam suatu operasi penangkapan ikan dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.
“Hal ini karena kawasan yang diciptakannya memiliki produktifitas perairan yang tinggi, dicirikan oleh banyaknya sumber makanan yang disenangi oleh berbagai jenis ikan untuk berkumpul di dalamnya,”terangnya.
Mengatasi minimnya akses nelayan terhadap informasi daerah penangkapan ikan potensial, pihaknya menyuluhkan perihal bagimana cara mengoprasikan peta berbasis web.
Aplikasi pemetaan berbasis web (web mapping) atau biasa juga dikenal dikenal dengan WebGIS memiliki beberapa fitur tools GIS (Geographic Information System) yang menyajikan data-data hasil pemetaan dan layer-layer peta.
Pengguna dari berbagai kalangan dapat secara dinamis berinteraksi memvisualisakan dan menyajikan web map (peta) yang diperlukan.
Antarmuka diseminasi operasional memungkinkan pengguna berinteraksi secara dinamis dengan informasi termasuk di dalamnya daerah penangkapan ikan di dalam web browser dengan alamat https://pdpikalsel.id/.
“Informasi tersebut dapat diakses menggunakan jaringan informasi elektronik berupa media web, intranet atau internet secara mudah dan interaktif l,” cetusnya.
Peta daerah penangkapan ikan yang dimuat dalam program tersebut lebih jauh kepada Redaksi8.com, berupa sebaran spasial-spasial dan temporal parameter lingkungan perairan yang dikombinasikan dengan sebaran hasil tangkapan ikan.
Penyajian informasi yang ditampilkan secara sinoptik itu dapat membantu nelayan untuk membuat prediksi mengenai hasil tangkapan yang dapat diperoleh.
Pun, seberapa besar biaya operasional yang perlu dipersiapkan.
“Dengan demikian, kondisi ini dapat meningkatkan efisiensi dan keefektifan suatu kegiatan penangkapan ikan,” tukasnya.
“Dapat meningkatkan hasil tangkapan ikan dari 5sampai 15 %. Menghemat waktu operasional 10 hingga15 %, dan meminimalisir penggunaan bahan bakar 20 sampai 25 %,” tambah Syahdan,
Apa itu Upwelling?
Upwelling merupakan fenomena interaksi antara tekanan angin di permukaan laut dengan gaya geostropik, yang menghasilkan kondisi dimana massa air perairan yang lebih dalam diangkat ke permukaan.
Perairan upwelling kondisinya lebih dingin dan lebih kaya akan nutrien dari perairan umumnya.
Hal ini tentu saja mengakibatkan pengayaan produktifitas primer yang akan membawa pada peningkatan produksi biologi pada semua tingkatan trophic level pada suatu daerah secara berkesinambungan.
Di Indonesia, salah satu lokasi Upwelling berada di Selat Makassar.
Pengaruhnya sangat signifikan dalam meningkatkan produktifitas perairan dan perikanan bagi nelayan di Kalimantan.
“Selat Makassar merupakan bagian dari daerah penangkapan nelayan Kalimantan Selatan,” pungkasnya.