REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Mendapat pendidikan sosial hingga agama merupakan hak bagi semua umat manusia, termasuk penyandang disabilitas gangguan sensorik atau tuna rungu.
Seperti hal nya yang dilakukan pondok pesantren (ponpes) Darul Ashom di Kabupaten Sleman Yogyakarta, ponpes tuna rungu pertama di Indonesia yang mengajarkan pendidikan agama melalui bahasa isyarat.
Ponpes Darul Ahsom merupakan pesantren khusus yang menangani santri-santri berkebutuhan khusus seperti tuna rungu.
Pendiri Ponpes Darul Ashom, Abu Kahfi menyampaikan, pesantren tersebut didirikannya sejak tahun 2019 dengan sistem pembelajaran seperti pondok pesantren salafi pada umumnya.
“Ponpes didirikan dengan tujuan memberikan pelajaran agama kepada tuna rungu dengan rentang usia 7 hingga 20 tahun,” katanya. Rabu (6/8/24).
Abu Kahfi menerangkan, saat ini pihaknya hanya bisa kontrak atau sewa-sewa rumah untuk aktivitas pondok Darul Ashom.
Adapu materi yang dipelajari, yakni ada tahfidz, tahsin al-qur’an dan pembelajaran lanjutan untuk kelas kitab kuning dengan jenjang kelulusan 9 tahun.
“Semua anak-anak tuna rungu yang ada di Darul kita ini mukim dan kita membuat konsep sama dengan orang umum itu konsepnya salafiah atau pondok tradisional,” ujarnya.
“Pondok yang biasa kita huni bukan modern, kalau salafiah ada pondok modern,” tambahnya.
Selain itu katakannya, ponpes Darul Ashom mengenalkan dunia mereka ke dalam original agama dan diawali dengan tahfidz qur’an.
Karena menurutnya, meskipun tuna rungu berisyarat masih kurang tetapi untuk menghafal al-qur’an sudah bisa.
“Hingga saat ini terdapat 140 orang murid yang belajar di ponpes Darul Ashom dan untuk tenaga pengajar ada 14 orang guru,” ucapnya.
Bahkan, di pondok pesantren itu, para santri diarahkan mengikuti program kesetaraan paket melalui dua orang guru yang disiapkan oleh pihak pondok.
“Santri diarahkan ikuti program kesetaraan paket dan semua guru sudah memiliki keterampilan bahasa isyarat,” pungkasnya.