REDAKSI8.COM – Bagi masyarakat Desa Rantau Balai Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, bulan Safar merupakan bulan yang istimewa.

Karena di bulan ini, mereka selalu menggelar ritual haul Syeikh Zalaluddin atau yang lebih dikenal dengan sebutan Datu Qobul.

Syeikh Zalaluddin (Datu Qobul) bin Syeikh Abubakar bagi masyarakat yang tinggal di kawasan Waduk Riam Kanan Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar menurut Tokoh Masyarakat setempat Kai Basuni (Kai dalam dalam bahasa Indonesia, kakek) sangat dimuliakan.
Hal itu tidak terlepas dari sejarah perkembangan Agama Islam di wilayah Riam Kanan yang konon disebut sebagai wilayah pegunungan beratus.
“Dari cerita para orang tua secara turun temurun, kedatangan Syekh Zalaluddin ratusan tahun silam itu tidak terlepas dari penyebaran agama Islam itu sendiri. Pusatnya ya di Rantau Balai ini dimana Datu Qobul bermukim,” ujar Kai Basuni baru- baru tadi didampingi Ketua DPD Rantau Balai Ahmad Dauli.
Kai Basuni lebih jauh menceritakan, jika Rantau Balai merupakan pusat peradaban Suku Dayak di kawasan pegunungan beratus (kini tenggelam dan menjadi Waduk Riam Kanan) yang didirikan Tumenggung Gemar.
“Tumenggung Gemar juga lah yang disebutkan memeluk agama Islam untuk pertama kalinya. Sejak itulah agama Islam terus berkembang di wilayah pesisir-pesisir sungai kawasan Riam Kanan,” ungkap Kai Basuni.
Bagi masyarakat Desa Rantau Balai, haul pada tahun ini terasa istimewa karena mengundang masyarakat luas.
“Undangan sudah kami sampaikan di empat kecamatan, yakni Kecamatan Aranio, Karang Intan, Pengaron dan Kecamatan Sungai Pinang,” kata Kai Basuni
Kai Basuni menerangkan, acara haul yang dipusatkan di kawasan Makam Syeikh Zalaluddin ini, akan dilaksanakan pada hari Minggu (21/10/18).
“Persiapan terus dilakukan. Istilah kami Gawi Sabumi. Dari urusan konsumsi hingga tenda-tenda untuk jamaah dikerjakan secara gotong royong, terutama oleh warga Desa Rantau Balai dan Desa Rantau Bujur,” bebernya.
Di samping itu, Ahmad Dauli menceritakan jika Desa Rantau Balai itu sendiri bearti balai adat yang berada di pinggir sungai. Dalam hal ini pinggir Sungai Pau. Namun pada tahun 1971 silam posisi perkampung bergeser ke lokasi yang lebih tinggi akibat pembangunan Waduk Riam Kanan.
“Rantau itu artinya sungai dengan arus biasa. Nah kalau yang arusnya kuat biasa disebut riam, sedangkan istilah mandin digunakan untuk menyebut air terjun,” jelas Dauli.
Di wilayah Desa Rantau Balai sendiri banyak terdapat mandin yang memiliki keindahan alam luar biasa. Diantaranya yang kerap dikunjungi masyarakat luar adalah Mandin Lima dan Mandin Hain.