REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Di Ibu Kota Provinsi Kalsel Kota Banjarbaru, tidak pernah ada propaganda disetiap Pilkada dari periode ke periode.
Bahkan, jalannya pilkada pun jauh dari sifat saling hujat, caci dan menghina, meski terjadi perbedaan dukungan terhadap tokoh yang diusung.
Malah yang disuguhkan, justru kehangatan antar Pasangan Calon (Paslon), mau 3 atau 2 paslon yang bertarung di setiap kontestasi pesta rakyat, semuanya saling menghormati dan menjunjung tinggi keluhuran budi pekerti.
“Tidak ada soal yang berarti kala itu, pilkada Banjarbaru berjalan begitu hangat hingga bahkan setelah pilkada selesai saya berangkat haji ke tanah suci bersama Paslon lain,” kenang Wakil Walikota Banjarbaru 2015-2020 Darmawan Jaya Setiawan.
Ujarnya, sikap seperti itu merupakan implementasi dari sikap orang Banjarbaru. Dari calon pemimpinnya hingga masyarakatnya.
Namun, Jaya (panggilan akrab<-red) merasa sudah mulai ada pergeseran sikap yang terjadi sejak pilkada Banjarbaru tahun 2020 lalu.
Waktu itu Jaya mendampingi Martinus Sebagai Calon Walikota Banjarbaru. Menurutnya ada yang berbeda pada jalannya pilkada di tahun tersebut.
Mulai ada laporan-laporan dari tim pemenangan paslon lain, mencari-cari kesalahan dan semacamnya.
“Saya merasa pilkada kala itu agak tegang yang tidak pernah dirasakan pada pilkada 2015 lalu yang aman damai dengan karakter santunnya,” bebernya.
Dia berpendapat, di pilkada tahun 2024 telah terjadi hal yang serupa. Ditemukan adanya sikap saling lapor, saling mencari kesalahan dari setiap peristiwa supaya bisa dijadikan bahan aduan ke penyelenggara Pilkada.
Baginya, hal-hal semacam itu jauh berbeda dengan pilkada 2015 lalu.
Jaya berani memastikan, Banjarbaru dengan kota dan masyarakatnya yang berkarakter itu tidak mungkin mengelurkan hujatan, cacian dan makian seperti yang ramai di media sosial.
Apalagi melemparkan isu dan kegaduhan yang tidak memiliki sumber yang jelas.
“Yang jelas itu bukan ciri masyarakat Banjarbaru. Melainkan akun-akun buzer atau sengaja dibuat atau mungkin berbayar yang berusaha menggiring, mempengaruhi dan bahkan berupaya merusak karakter masyarakat Banjarbaru,” pikirnya.
Kata Jaya, apa yang terjadi pada proses pilkada Banjarbaru sampai berakhir pada diskualifikasi ke salah satu paslon, merupakan dampak dari saling lapor dan mencari-cari kesalahan demi bisa menjatuhkan lawan politik.
“Pada akhirnya kebenaran akan menemukan jalannya sendiri. Tentu ini menjadi pelajaran untuk kita agar kedepan dibawah kepemimpinan Walikota yang baru ibu Lisa dan pak Wartono, mari kita bersama-sama mewujudkan kota dan masyarakat Banjarbaru ini dengan karakternya yang santun dan sopan,” tandasnya