REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) dinilai membawa dampak serius bagi petani di Kota Banjarbaru, sebab dapat mengganggu jadwal taman dan panen yang sudah direncanakan.

Musim panen yang seharusnya berlangsung lancar, kini terganggu akibat curah hujan tinggi yang memicu keterlambatan pematangan padi hingga terkena serangan hama.
Hal tersebut mengakibatkan para petani merasa resah lantaran rencana panen yang seharusnya berlangsung cepat kini harus tertunda.

“Yang seharusnya petani cepat selesai, yang seharusnya pematangan padi kena panas cepat, malah terlambat, mengganggu jadinya,” ucap Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Karya Bakti, Kelurahan Palam, Kota Banjarbaru Yansyah kepada Redaksi8.com, Senin (26/8/25).
Selain itu, curah hujan yang tinggi juga menyebabkan serangan hama semakin sulit dikendalikan.
Misal, seperti hama tikus akan memakan atau merusak padi dan batang tanaman yang masih muda.
“Hama jadi merajalela, keluar lebih cepat dari sarangnya dan merusak tanaman,” ujarnya.
Kondisi itu katanya membuat banyak petani bingung untuk menentukan waktu panen karena padi belum matang sempurna, sementara serangan hama semakin parah.
“Kalau dipaksakan panen sayang juga karena diserang hama kan,” ungkapnya.

Tak hanya hama, kondisi sawah yang tergenang turut memperburuk keadaan, Ia mengakui keadaan tersebut juga menurunkan hasil panen secara signifikan.
“Kalau dibilang kebanjiran tidak, tapi air hujan ini bertahan, menggenang. Kami berharap 1-2 hari kering, tapi karena hujan turun setiap hari justru makin parah,” tuturnya.
Yansyah menyebutkan, penurunan hasil panen diperkirakan dibawah 70 persen dari kondisi normal.
Hasil produksi yang biasanya mencapai 5 ton per hektare kini diprediksi turun drastis, dikarenakan penyerangan hama terutama tikus menjadi kendala paling besar saat ini.
“Untuk lahan punya kita ini jumlah luasan area kurang lebih 1 hektare, tahun kemarin hampir 5 ton. Tahun ini separuhnya pun belum berani diprediksi,” katanya
Sementara penanganan dan penanggulangan hama tikus pun sudah dilakukan para petani saat selesai menanam bibit padi.
“Tapi di saat panen ini untuk penanggulangan sudah tidak bisa lagi,” imbuhnya.
Meski begitu, Ia mengaku tidak menolak adanya OMC, namun menurutnya pelaksanaan ini seharusnya tidak dilakukan secara terus-menerus.
“Kalau seminggu sekali atau dua kali mungkin tidak masalah. Tapi kalau setiap hari, bagaimana nasib petani,” jelasnya.
Disamping itu, persoalan irigasi dan saluran air yang tersumbat oleh banyaknya gulma jenis Putri Malu juga memperlambat dan menghambat aliran air.
“Tempat kami hanya mengandalkan tadah hujan, tidak ada irigasi besar. Kalau sungai tersumbat, air makin lama surutnya,” jelasnya.
Disisi lain, Yansyah menekankan normalisasi saluran air agar segera dilakukan, sehingga mengurangi genangan di sawah, memperlancar irigasi, dan meningkatkan produktifitas hasil panen para petani.
“Yang jelas, harapan kami itu adanya normalisasi, yang tersumbat dibersihkan, diperlebar, supaya air bisa cepat turun,” pungkasnya.