REDAKSI8.COM, SAMARINDA – Di balik kemegahan kekayaan alam Kalimantan Timur, mulai dari batu bara hingga migas, tersimpan sebuah ironi yang tak bisa diabaikan, sektor kesehatan di provinsi ini masih berjuang menghadapi krisis kekurangan tenaga medis yang kronis.

Meski potensi ekonominya luar biasa, realitas di lapangan menunjukkan bahwa layanan kesehatan dasar belum sepenuhnya menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Data yang ada menunjukkan kebutuhan tenaga medis di Kalimantan Timur seharusnya mencapai sekitar 4.000 orang untuk memenuhi standar ideal pelayanan kesehatan.
Sayangnya, hingga kini jumlah yang tersedia baru mencapai sekitar separuh dari kebutuhan tersebut. Kondisi ini menjadi tantangan serius, terutama di daerah-daerah yang jauh dari pusat kota.
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Andi Satya Adi Saputra, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap situasi tersebut. Dalam berbagai kesempatan, ia menekankan bahwa kondisi di lapangan jauh dari standar pelayanan kesehatan yang ideal.
“Idealnya, satu dokter menangani seribu pasien. Tapi realitasnya di Kalimantan Timur masih sangat jauh dari itu. Kita sangat kekurangan tenaga medis, dan ini berdampak langsung pada aksesibilitas dan kualitas layanan kesehatan masyarakat,” tutur Andi dengan nada prihatin.
Kekurangan tenaga medis ini bukan hanya menjadi masalah di atas kertas, melainkan berdampak nyata terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat.
Banyak ibu hamil di pedalaman yang harus menempuh perjalanan belasan kilometer hanya untuk mendapatkan layanan persalinan, sementara pasien-pasien lansia harus bersabar menunggu karena dokter di puskesmas daerah hanya datang beberapa kali dalam sebulan.
Melihat kondisi yang cukup memprihatinkan ini, dunia digital mulai menawarkan secercah harapan. Salah satu solusi yang kini mulai digencarkan adalah telemedicine — layanan kesehatan berbasis teknologi informasi yang memungkinkan konsultasi medis dilakukan dari jarak jauh.
Dengan semakin luasnya jangkauan jaringan internet di Kalimantan Timur, inovasi ini dinilai sebagai salah satu langkah taktis untuk mengurangi kesenjangan layanan kesehatan.
Andi Satya memandang positif arah perkembangan ini.
Ia menilai bahwa pemanfaatan telemedicine adalah sebuah kebutuhan mendesak, terutama untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau.
“Digitalisasi layanan kesehatan harus kita dorong seoptimal mungkin. Ini sejalan dengan visi pemerintah daerah yang ingin memastikan pelayanan kesehatan bisa merata hingga ke pelosok. Telemedicine bisa menjadi jembatan solusi di tengah kekosongan tenaga medis,” ujarnya.
Meski demikian, Andi menekankan bahwa telemedicine bukanlah solusi permanen.
Menurutnya, solusi jangka panjang harus berakar pada upaya membangun kapasitas tenaga medis dari dalam daerah itu sendiri.
Salah satu langkah strategis yang ia dorong adalah menjalin kemitraan dengan universitas-universitas yang memiliki program studi kedokteran, baik di dalam maupun luar provinsi.
Ia mendorong pemerintah daerah untuk membuat program kerja sama pengiriman mahasiswa, agar tenaga medis muda bisa ditempatkan di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) yang saat ini paling membutuhkan perhatian.
Selain itu, pemberian beasiswa kepada putra-putri daerah menjadi program penting yang perlu diprioritaskan.
“Kita perlu investasi pada generasi muda daerah. Berikan kesempatan mereka untuk menempuh pendidikan di bidang kesehatan, lalu kembalikan mereka untuk mengabdi di tanah kelahiran mereka,” kata Andi menegaskan.
Sebagai tambahan solusi konkret, ia mengusulkan adanya program rotasi tenaga medis dari pusat kota ke wilayah-wilayah pelosok.
Program ini harus disertai dengan pemberian insentif tambahan, baik berupa tunjangan khusus maupun penghargaan profesional, untuk menarik minat tenaga medis agar bersedia bertugas di daerah dengan tantangan geografis tinggi.
Meski jalan yang harus ditempuh masih panjang, optimisme tetap ada. Andi meyakini, dengan kombinasi pendekatan teknologi, investasi sumber daya manusia, dan keberpihakan terhadap wilayah-wilayah tertinggal, Kalimantan Timur mampu memperbaiki kondisi sektor kesehatannya.
Langkah-langkah kecil yang konsisten diambil hari ini diharapkan bisa menjadi lompatan besar menuju masa depan kesehatan yang lebih baik untuk seluruh masyarakat Bumi Etam.