Saat di agen gas PT Ranugas Utama di Jalan Setosa, RT 45, Samarinda, perempuan yang enggan menyebut namanya tersebut justru harus pulang dengan tangan kosong.
“Masalahnya, saya lihat gasnya ada, tapi katanya belum dijual,” keluhnya saat ditemui pada Kamis (6/2/2025).
Kelangkaan gas melon ini sudah dirasakannya selama 10 hari terakhir.
Diketahui, kebijakan baru dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang melarang penjualan elpiji subsidi secara eceran berlaku 01 Februari 2025 lalu.
Meski demikian, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto telah mengumumkan bahwa gas tersebut tetap boleh dijual kembali.
Namun, ibu tersebut khawatir imbas dari kebijakan itu dapat membuat situasi semakin memburuk.
“Padahal kita beli di pangkalan ini untuk dipakai di rumah, bukan untuk dijual lagi. Masih ada warung yang menjual, tapi harganya mahal, bisa sampai Rp50 ribu,” tambahnya.
*Agen LPG Bantah Kelangkaan, Sebut Distribusi Tetap Lancar*
Fredi, Petugas Administrasi LPG PT Ranugas Utama itu menyebut, gas elpiji 3 kilogram sedang mengalami kelangkaan di Samarinda.
Menurutnya, stok tetap ada, tetapi distribusinya memang memiliki jadwal tertentu.
“Gas enggak langka. Tapi kalau disini siang memang enggak ada, adanya pas sore,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa agen tersebut memiliki stok 1.000 tabung setiap hari yang disalurkan ke lima pangkalan berbeda setiap harinya.
Saat ini, PT Ranugas Utama memenuhi kebutuhan 25 pangkalan yang tersebar di Samarinda.
“Untuk pangkalan, kami pastikan mereka tidak menjual di atas harga eceran tertinggi (HET), karena itu sudah ada kartu atau perjanjiannya,” tegasnya.
Meski demikian, warga tetap berharap agar distribusi gas bisa lebih merata dan stoknya lebih mudah didapatkan, terutama setelah adanya kebijakan baru yang membatasi penjualan gas bersubsidi.



