REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Pemprov Kalsel) memastikan inflasi masih dalam kondisi aman, bahkan termasuk 8 provinsi dengan tingkat inflasi terendah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahun ke tahun atau year on year Maret 2025 terhadap Maret 2024 adalah 1,03 persen, sedangkan untuk bulan ke bulan atau month to month berada di angka 1,65 persen.

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang (Kabid) Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perdagangan, Sutikno pada rapat koordinasi pengendalian inflasi di daerah Tahun 2025.
Rakor tersebut pun dilaksanakan secara daring di Command Center, Kantor Gubernur, Banjarbaru yang dipimpin langsung oleh Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, Selasa (22/4/25).
“Inflasi Kalsel masih aman, untuk year on year 1.2, month to month kita 1.9 dan year up to date nya di 0.43. Namun masih perlu ada kewaspadaan, karena ada satu komoditas yang harganya cukup tinggi secara nasional yaitu cabai rawit,” jelasnya.
Untuk mengatasi adanya inflasi, Gubernur Kalsel, Muhidin akan menginstruksikan agar masing-masing daerah memiliki wilayah penanaman cabai.
“Karena cabai tidak memerlukan persyaratan tumbuh khusus, jadi dimana saja bisa tumbuh,” ujarnya.
Dengan adanya upaya ini diharapkan paling tidak bisa mencukupi kebutuhan wilayah sendiri, mengingat saat ini harga cabai rawit menyentuh angka Rp100 ribu per kilogram.
Indek Perkembangan Harga (IPH) juga tercatat nomor 3 terendah se-Indonesia dan untuk harga komoditas lain terpantau baik.
“Operasi-opsrasi pasar baik skala provinsi, tapi juga Kabupaten akan tetap kita galakkan untuk menjaga agar inflasi tetap stabil, karena kalau sudah sulit akan lebih sulit untuk menurunkannya,” tuturnya.
“Operasi pasar ini diharapkan bukan hanya dilakukan oleh pemda tapi juga instansi vertikal dan mungkin-mungkin perusahaan-perusahaan melalui program CSR,” tambahnya.
Sementata itu, Mendagri, Tito menyampaikan, bahwa saat ini angka inflasi masih berada didalam target nasional inflasi yakni 1,5-3,5 persen.
Kendati demikian, katanya ada negara ASEAN lain yang saat ini inflasi yang terlihat bagus (deflasi), tidak berarti perekonomiannya lebih baik dari pada kondisi perekonomian Indonesia.
“Deflasi itu ada dua, karena hal positif atau negatif. Deflasi tidak dapat menjadi patokan, karena apabila deflasi tapi perekonomian negaranya rendah atau bahkan minus, itu berarti deflasi terjadi karena daya beli masyarakat menurun. Hal itu bisa menandakan bahwa perekonomian di negara tersebut sedang tidak baik-baik saja,” jelasnya.
Sedangkan deflasi negatif itu terjadi apabila daya beli masyarakat turun yang menyebabkan demand (permintaan) akan turun.
Apabila demand turun maka harga jual akan turun. Hal ini tentu akan merugikan konsumen dan produsen, sebab inflasi terlalu tinggi juga berbahaya karena akan berat bagi konsumen.
“Karena itu kita harus menjaga keseimbangan,” ucapnya.
Diketahui, berdasarkan data BPS, komoditas yang memberikan andil pada inflasi adalah bawang merah, cabai merah dan bawang putih.