Program ini bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan siswa terhadap seni budaya daerah serta membentuk karakter positif generasi muda melalui pendidikan nonformal berbasis seni.
Kepala Bidang Kebudayaan Disbudporapar Kabupaten Banjar, Ahmad Syahid, menyampaikan bahwa GSMS tahun ini menyasar lima sekolah menengah pertama (SMP) di lima kecamatan berbeda. “Durasi pelaksanaan sekitar empat bulan dengan total 19 kali pertemuan di setiap sekolah. Satu sekolah dibimbing oleh satu seniman profesional dan satu guru pendamping,” jelasnya.
Kelima sekolah tersebut masing-masing mendapatkan pelatihan di bidang seni yang berbeda:
– SMPN 1 Martapura: Seni Tari
– SMPN 1 Astambul: Sastra Madihin (sastra lisan khas Banjar)
– SMP di Aranio: Seni Rupa
– SMP di Gambut: Seni Musik Panting
– SMP di Karang Intan: Seni Drama
Pelatihan diberikan setelah jam pelajaran sekolah sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler. Para seniman yang terlibat merupakan anggota Dewan Kesenian Kabupaten Banjar yang telah teruji kompetensinya di bidang masing-masing.
“Target dari GSMS adalah membina siswa agar memiliki kemampuan dasar yang cukup kuat di bidang seni yang mereka pilih. Bahkan jika memungkinkan, mereka bisa dibina lebih lanjut untuk mengikuti ajang-ajang seni tingkat nasional seperti FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional),” lanjut Syahid.
Kasi Kesenian Disbudporapar Kabupaten Banjar, Ina Wangsih, menambahkan bahwa keikutsertaan Kabupaten Banjar dalam GSMS merupakan hasil seleksi ketat dari kementerian. “Hanya satu kabupaten/kota di setiap provinsi yang mendapat kesempatan, dan alhamdulillah Kabupaten Banjar terpilih mewakili Kalimantan Selatan,” ujar Ina.
Dari sisi pendidikan, dukungan pun mengalir. Kasi Kurikulum Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar, Harlina, menyatakan apresiasinya terhadap program ini. “GSMS sangat membantu kami dalam membangun karakter siswa. Seni bukan hanya tentang ekspresi, tapi juga membentuk kepekaan, empati, dan rasa cinta terhadap budaya sendiri. Ini jadi langkah tepat dalam membentengi siswa dari pengaruh negatif pergaulan,” ungkapnya.
Menjelang akhir program, akan digelar pementasan sebagai ajang unjuk karya siswa di masing-masing bidang seni. Pementasan ini menjadi bentuk evaluasi sekaligus apresiasi atas kreativitas siswa dan pendamping selama pelatihan berlangsung.
Salah satu pelatih tari, Samuel Rio Aldrinato, mengatakan bahwa keterlibatan seniman dalam pendidikan adalah peluang emas untuk melahirkan generasi baru yang tidak hanya mengenal seni, tetapi juga bangga menjadi bagian dari warisan budaya lokal.