REDAKSI8.COM, BANJAR, Depth News – Pemerintah Kabupaten Banjar melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) menunjukkan komitmennya dalam mendorong pengembangan wirausaha muda pertanian dengan ikut serta aktif dalam penyusunan Completion Report Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS).
Kegiatan penyusunan laporan akhir tersebut digelar oleh Provincial Project Implementation Unit (PPIU) Kalimantan Selatan selama tiga hari, sejak 24 hingga 26 Juni 2025, bertempat di Hotel Rattan Inn, Banjarmasin. Forum ini mempertemukan para pemangku kepentingan dari berbagai kabupaten/kota se-Kalimantan Selatan guna mengevaluasi pelaksanaan program dan menyamakan persepsi dalam penyusunan laporan akhir proyek.
Dalam kegiatan tersebut, Abdi Darmawan, staf pada Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Alam (Ekosda) Bappedalitbang Kabupaten Banjar, turut hadir sebagai wakil instansi sekaligus dipercaya sebagai narasumber. Dalam pemaparannya, Abdi menekankan bahwa penyusunan laporan akhir bukan hanya memenuhi tanggung jawab administratif semata, namun harus menjadi refleksi menyeluruh atas kontribusi dan capaian program di lapangan.
“Penyusunan laporan ini tidak sekadar memenuhi aspek administratif, melainkan menjadi cerminan nyata dari kerja kolektif daerah dalam menghadirkan solusi atas tantangan ketenagakerjaan pemuda dan produktivitas pertanian,” ujar Abdi dalam forum.
Ia menjelaskan bahwa laporan akhir dari Kabupaten Banjar memuat capaian program YESS secara kuantitatif dan kualitatif, termasuk penguatan kapasitas penerima manfaat, pengembangan kelompok usaha muda pertanian, serta integrasi dukungan lintas perangkat daerah.
Selain itu, Abdi juga menyoroti pentingnya sinkronisasi program YESS dengan dokumen perencanaan daerah, khususnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banjar. Langkah ini menurutnya menjadi indikator keseriusan pemerintah daerah dalam merancang pembangunan sumber daya manusia yang berkelanjutan di sektor pertanian.
Program YESS yang didukung oleh IFAD (International Fund for Agricultural Development) dan Kementerian Pertanian RI, menargetkan penguatan kapasitas pemuda pedesaan dalam bidang pertanian. Kegiatan ini diyakini sebagai salah satu pendekatan strategis dalam menyelesaikan tantangan ketenagakerjaan generasi muda sekaligus meningkatkan produktivitas sektor pangan.
Bappedalitbang Banjar menegaskan bahwa kolaborasi lintas sektor merupakan elemen utama keberhasilan program ini. Tidak hanya sebatas pada lembaga teknis pertanian, tapi juga menyangkut peran aktif dinas perencanaan, pendidikan, koperasi dan UMKM, serta mitra pembangunan lainnya.
“Yang kita dorong adalah sebuah ekosistem, bukan hanya kegiatan. Ekosistem ini mencakup pelatihan, akses pembiayaan, hingga pendampingan usaha agar pemuda tani benar-benar bisa mandiri dan berdaya saing,” tambah Abdi.
Pihak PPIU Kalsel dalam kesempatan yang sama menggarisbawahi pentingnya laporan akhir tidak hanya menjadi alat evaluasi internal, tetapi juga sebagai basis pengambilan kebijakan lanjutan. Laporan ini diharapkan menjadi pijakan yang kuat untuk menyusun strategi pembangunan pemuda tani di masa depan.
Penyusunan laporan juga harus dilakukan secara tepat waktu, akurat, dan akuntabel. Setiap kabupaten/kota diharapkan melaporkan tantangan maupun inovasi yang diterapkan selama implementasi program berlangsung.
“Jika laporan ini disusun dengan serius dan berbasis data lapangan yang kuat, maka ia akan menjadi dokumen hidup yang bisa menjembatani perumusan kebijakan baru. Khususnya dalam pengembangan generasi petani muda yang adaptif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan globalisasi,” jelas salah satu perwakilan PPIU Kalsel.
Bagi Kabupaten Banjar, keterlibatan aktif dalam penyusunan laporan akhir program YESS menjadi refleksi komitmen terhadap pembangunan inklusif yang melibatkan pemuda sebagai aktor utama. Pemerintah daerah juga berharap agar keberlanjutan program ini tidak terhenti setelah laporan selesai, melainkan diteruskan dalam bentuk kebijakan afirmatif dan dukungan anggaran di tahun-tahun mendatang.
Kegiatan ini sekaligus menegaskan bahwa penguatan peran pemuda dalam sektor pertanian tidak bisa dilakukan secara parsial. Diperlukan strategi holistik, mulai dari pendataan, pelatihan, pembinaan usaha, hingga integrasi dalam sistem perencanaan daerah.
