Ribuan jamaah memenuhi ruangan, termasuk para kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Korps PMII Putri (KOPRI) Kalimantan Selatan. Kehadiran mereka mendapat sambutan hangat dari Ibu Khofifah yang dalam kesempatan itu juga mengenang perjalanan panjangnya bersama PMII.
Beliau menceritakan bagaimana dirinya pernah menjadi Ketua Cabang PMII Surabaya—sosok perempuan pertama yang menduduki jabatan tersebut di Indonesia—dan kemudian terpilih sebagai Ketua KOPRI PB PMII periode 1988–1991.
“Kadang-kadang kepemimpinan perempuan itu masih sering diragukan. Tapi kita harus terus membuktikan bahwa perempuan bisa memimpin, bisa dipercaya, dan bisa membawa perubahan,” ujar Khofifah dengan suara lantang, yang langsung disambut tepuk tangan meriah, terutama dari para kader perempuan muda yang menjadikan beliau sebagai teladan perjuangan.
Selain Ibu Khofifah, Ketua PW Muslimat NU Kalimantan Selatan, Hj. Mariatul Norhidayati Rahmah, M.Si., juga menyampaikan pesan penting mengenai keberadaan badan otonom (banom) NU. Menurutnya, organisasi seperti IPNU, IPPNU, PMII, Ansor, dan Fatayat memiliki peran besar dalam menjaga keberlangsungan NU hingga saat ini.
“Tanpa banom NU, kita tidak akan bisa bertahan lama. Karena kita adalah satu kesatuan, dan mereka adalah penerus bangsa,” tegasnya penuh semangat.
Acara Maulid Nabi ini bukan hanya menjadi wadah peringatan keagamaan, tetapi juga ajang memperkuat silaturahmi serta ideologisasi antar generasi Nahdlatul Ulama. Semangat perjuangan, pengabdian, dan kepemimpinan kembali digaungkan agar kader muda tetap konsisten berkiprah untuk umat, bangsa, dan agama.
Kehadiran Hj. Khofifah Indar Parawansa di Banjarbaru menjadi kebanggaan tersendiri bagi kader PMII dan KOPRI Kalimantan Selatan. Sosoknya menjadi bukti nyata bahwa pemimpin besar lahir dari proses panjang perjuangan di akar rumput organisasi kaderisasi.