Peristiwa memilukan ini terjadi pada Kamis, 22 Mei 2025. Poltak, yang sehari-hari mencari nafkah bersama istrinya, Bunga Minor Sormin (48), terpaksa membeli BBM di SPBU Taman Bunga, Sibolga, karena stok di SPBU langganannya habis.
Ia tak pernah menyangka bahwa langkah sederhana untuk mempertahankan hidup justru menyeretnya ke dalam jerat hukum.
Baru 50 meter meninggalkan SPBU, sepeda motornya diberhentikan dua anggota polisi dari Polres Sibolga, Bripka Viktor Hutagalung dan Aipda Guntur.
Ketika ditanya tujuan pembelian BBM, Poltak menjawab jujur: “Untuk dijual eceran di kampung.” Jawaban itu justru menjadi awal petaka, ia langsung ditangkap dan ditahan.
“Kami memang punya barcode izin beli BBM, tapi sedang habis masa aktifnya. Suami saya sudah janji akan perpanjang, dan SPBU pun mengizinkan beli. Tapi polisi tetap tangkap dia,” tutur Bunga Minor dengan suara gemetar, Selasa (10/06/2025).
Yang lebih mengejutkan, menurut pengakuan Poltak saat dijenguk keluarga, dua anggota polisi itu sempat menawarkan “jalan damai” dengan uang tebusan bernilai “lima ikat”—istilah yang menurut keluarga merujuk pada jumlah jutaan rupiah.
“Suami saya bilang, minyak itu cuma Rp700 ribu. Daripada bayar damai yang besar, dia pilih ditahan,” kata Bunga, menahan tangis.
Kini, dua jerigen BBM, sepeda motor, dan Poltak semuanya ikut diamankan di Mapolres Sibolga. Sementara di rumah, istri dan anak-anak kehilangan tulang punggung keluarga. Modal usaha pun lenyap.
“Kami sudah tidak bisa jualan. Untuk makan pun bingung. Kami cuma rakyat kecil yang mau hidup jujur,” lirih Bunga.
Saat dikonfirmasi, Kasi Humas Polres Sibolga AKP Suyatno membenarkan penahanan Poltak dan menyebut kasus ini masih dalam proses.
“Benar, sedang diproses dan kemungkinan akan dilimpahkan ke kejaksaan,” ujarnya singkat melalui sambungan telepon, Rabu (11/06/2025).
Namun publik bertanya: benarkah menjual BBM eceran dalam jumlah kecil layak dibalas dengan kurungan? Di banyak tempat, penjualan BBM ilegal dengan drum-drum besar nyaris tak tersentuh. Lantas, ke mana tajamnya hukum itu mengarah?
“Kalau jual BBM eceran tidak boleh, beri kami surat resmi. Jangan tiba-tiba tangkap suami saya. Di luar sana banyak yang jualan berdrum-drum, kenapa mereka tak ditindak?” ujar Bunga pedih.
Di tengah gempuran kebutuhan hidup dan sempitnya ruang mencari nafkah, kisah Poltak menjadi cermin buram bagaimana hukum bisa jadi alat tekanan bagi yang lemah, namun kehilangan daya ketika berhadapan dengan kuasa.