REDAKSI8.COM, SAMARINDA — Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan oleh pemerintah kini mulai memberikan dampak yang dirasakan di berbagai sektor, salah satunya adalah industri perhotelan.

Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Fuad Fakhruddin, menjelaskan kebijakan ini sebenarnya bukanlah keputusan mendadak, melainkan bagian dari regulasi yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Presiden yang berlaku di tingkat nasional.

Menurut Fuad, efisiensi anggaran ini merupakan langkah yang harus diterima dan dihadapi oleh seluruh sektor, termasuk industri perhotelan.
Ia menyatakan bahwa meskipun kebijakan ini membawa tantangan bagi sejumlah pihak, hal serupa pernah terjadi sebelumnya, seperti pada masa pandemi Covid-19, di mana berbagai sektor juga harus menyesuaikan dengan situasi yang sangat sulit.
“Efisiensi ini sudah tertuang dalam peraturan presiden, jadi suka atau tidak suka, kita harus menghadapi kenyataan ini. Kita pernah melalui masa-masa sulit sebelumnya, seperti pandemi, yang juga memaksa kita untuk beradaptasi. Namun, memang masih ada masyarakat yang belum sepenuhnya memahami konteks kebijakan ini,” ungkap Fuad.
Meskipun sejumlah kegiatan pemerintahan yang biasanya dilaksanakan di hotel mengalami penurunan akibat kebijakan efisiensi anggaran, Fuad menegaskan bahwa hal tersebut tidak berarti seluruh sektor pelayanan publik ikut terdampak.
Ia pun memberikan penjelasan terkait kekhawatiran masyarakat yang berkembang mengenai pemangkasan anggaran di sektor pendidikan, terutama terkait dengan program-program seperti beasiswa dan Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K).
“Itu yang perlu kita klarifikasi. Program beasiswa dan KIP-K, yang merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan akses pendidikan, tetap berjalan dengan lancar dan tidak terpengaruh oleh kebijakan efisiensi ini. Kita perlu memastikan informasi yang benar sampai ke masyarakat agar tidak ada disinformasi yang berkembang,” jelas Fuad.
Selain itu, Fuad menyampaikan optimisme bahwa sektor perhotelan, meskipun menghadapi penurunan dalam hal kegiatan pemerintah yang menggunakan fasilitas hotel, tetap bisa bertahan dan berkembang.
Ia menyarankan agar perhotelan di Kalimantan Timur lebih mengandalkan kegiatan lokal dan internal sebagai alternatif, sehingga tidak bergantung sepenuhnya pada agenda pemerintahan.
“Seperti yang terjadi di DPRD Kaltim, jika ada kegiatan internal atau acara lokal, kita tetap bisa menggunakan fasilitas hotel di daerah. Dengan cara ini, kita bisa menjaga perputaran ekonomi lokal dan juga mengurangi pengeluaran biaya, sambil tetap mendukung sektor perhotelan di Kaltim,” kata Fuad.
Fuad mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam menyikapi kebijakan efisiensi anggaran ini, serta untuk tetap menjaga semangat gotong royong dan kreativitas dalam menghadapi tantangan ekonomi yang ada.
Ia percaya bahwa dengan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, tantangan yang dihadapi bisa teratasi dengan baik.
“Penting bagi kita untuk bersatu dalam menghadapi masa-masa yang penuh tantangan ini. Kebijakan efisiensi anggaran ini harus kita hadapi bersama dengan semangat saling mendukung dan berinovasi. Saya yakin kita semua bisa melewati ini dengan baik,” pungkasnya.