REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Farm Field Day menjadi salah satu wujud nyata kinerja Pemerintah Kota (Pemko) Banjarbaru dalam menjalankan program 100 hari kerja Wali Kota Banjarbaru, Erna Lisa Halaby untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Banjarbaru.

Dalam hal ini, program yang berkaitan dengan pertanian dan ketahanan pangan itu mencakup sejumlah aspek lain seperti penataan kota, mitigasi banjir, hingga pemberian bantuan sosial.

Lisa menegaskan, pembukaan Farm Field Day bukan hanya sekedar seremonial, melainkan bentuk komitmen nyata bersama dalam menjawab tantangan besar terkait ketahanan pangan dan pengendalian inflasi.
Menurutnya, ketahanan pangan merupakan program strategis nasional yang perlu didukung hingga di tingkat Kelurahan.
“Saya berharap seluruh Kelurahan di Banjarbaru bisa melakukan penanaman tanaman-tanaman yang dibutuhkan untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pangan di daerah kita masing-masing,” ujarnya saat penyerahan bantuan bibit ke Kelompok Wanita Tani di Poktan Serasih Indah Mandiri, Komplek Wengga Tahap V, Kelurahan Guntung Manggis, Banjarbaru, Selasa (29/7/25).
Selain berdampak pada kestabilan harga bahan pokok, kegiatan ini membuka jalan bagi pengelolaan lahan tidur secara produktif, dengan menggandeng pemilik lahan melalui pola kerja sama pinjam pakai.
“Kita akan dorong seluruh Kelurahan untuk aktif bertani. Masalah lahan akan kita bantu mediasi, agar lahan tidur bisa dimanfaatkan warga. Lahan pertanian juga harus kita jaga, tidak boleh sembarangan dibangun,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Rukun Tetangga (RT) 48, Rukun Warga (RW). 07, Kelurahan Guntung Manggis, Banjarbaru, Nanang Setiawan mengungkapkan, inisiatif pemanfaatan lahan tidur oleh warga telah berlangsung selama enam tahun dan terbukti membawa dampak nyata bagi lingkungan dan ekonomi warga sekitar.
Lahan seluas 3,5 hektare yang selama ini tidak dimanfaatkan, kini produktif menghasilkan berbagai komoditas pertanian seperti cabai, tomat, terong, bawang prei, hingga pepaya melalui sistem tumpangsari.
“Cabai bisa panen dua hari sekali, sampai 60-70 kilogram. Kalau tidak tanam sendiri, harga cabai bisa tembus Rp120 ribu – Rp130 ribu. Tapi sekarang warga bisa beli Rp50 ribu, bahkan yang masak sendiri boleh petik gratis,” jelasnya.
Pun baginya, Tidak menutup kemungkinan ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akibat lahan kosong yang tidak dikelola.
“Banyak lahan milik pengusaha atau pejabat, tapi dibiarkan. Kalau musim kemarau kebakaran, yang repot RT dan rescue, makanya kita mediasi pinjam lahan untuk ditanami, dan alhamdulillah berhasil,” imbuhnya.
Meski begitu, Nanang berharap, kedepan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Banjarbaru dapat membantu memperluas lahan tanam hingga lima hektare melalui kerja sama lanjutan dengan pemilik lahan.
“Ini mau nambah 5 hektare lagi ke depannya. Nanti dibantu dengan Kepala Dinas DKP3 untuk mediasi dengan yang punya lahan,” tandasnya.