PT PLN Indonesia Power lewat Sekretaris Perusahaannya, Agung Siswanto, menyebut penyebab insiden diduga kuat akibat sambaran petir berintensitas tinggi. Tak ada korban jiwa, dan api diklaim berhasil dipadamkan dalam waktu kurang dari dua jam.
Namun, alih-alih meredam kegelisahan, pernyataan resmi itu justru memantik polemik. Masyarakat, warganet, hingga anggota DPR RI ramai-ramai mempertanyakan kejanggalan dalam kronologi versi PLN. Video dan kesaksian warga menunjukkan fakta berbeda—langit masih cerah ketika ledakan terjadi.
“Saya ada di tepi pantai, jelas terlihat asap besar dan suara ledakan sebelum hujan dan petir datang,” ujar seorang warga Mela, heran dengan penjelasan yang ia nilai tidak masuk akal.
Anggota Komisi XII DPR RI, Yulian Gunhar, turut bersuara keras. Ia menyebut penjelasan PLN “terlalu menyederhanakan masalah” dan mengindikasikan potensi persoalan lebih besar yang disembunyikan. Ia bahkan membandingkannya dengan ledakan berulang di kilang Pertamina.
“Ini bukan kejadian sepele. PLTU adalah objek vital nasional, dan perlindungannya harus berlapis. Investigasi menyeluruh wajib dilakukan, termasuk audit SOP dan dokumen teknis,” tegas Gunhar.
Kementerian ESDM pun tak tinggal diam. Tim Inspektur Ketenagalistrikan sudah diterjunkan untuk menggali fakta di lapangan. Dirjen Ketenagalistrikan Jisman Hutajulu menjanjikan investigasi menyeluruh hingga akar permasalahan.
Sementara itu, publik di media sosial semakin geram. Akun-akun seperti @EmanSamawuka dan @HerawatiNovie mendesak transparansi penuh. “Kalau memang ada unsur kelalaian atau sabotase, usut tuntas dan buka ke publik!” tulis Herawati.
Tak hanya publik, Komisi XII DPR RI kini bersiap memanggil manajemen PLTU Labuhan Angin dan PLN Indonesia Power. Tujuannya satu: menuntut klarifikasi dan menegakkan akuntabilitas.
“Kepercayaan publik tak boleh diabaikan. Transparansi adalah satu-satunya jalan untuk menjawab kecurigaan ini,” tutup Gunhar.
Hingga kini, tim investigasi Polres Tapanuli Tengah dan pusat PLN Indonesia Power masih bekerja. Publik menanti, bukan sekadar penyebab teknis, tapi juga kejujuran di balik insiden yang nyaris merenggut kepercayaan terhadap pengelolaan infrastruktur strategis nasional.