REDAKSI8.COM – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengungkapkan, Senin (27/2/2023) kemarin bahwa banjir yang saat ini sedang terjadi di Kabupaten Banjar sudah merendam rumah warga di 11 Kecamatan dengan rumah yang terendam sekitar 10.736 buah dan jumlah kepala keluarga (KK) yang terdampak sekitar 11.754 dengan jumlah jiwa sebanyak 49.820 orang.
Salah satu desa yang menjadi langganan banjir adalah Desa Pembantanan Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Ketinggian air di desa tersebut sekitar setengah meter lebih.
Seperti yang disampaikan oleh salah satu warga Pembantanan, Fauzi mengatakan bahwa Banjir yang melanda di desanya sering terjadi dan menjadi langganan apabila air mengalami kenaikan.
“Ya, disini memang langganan banjir bahkan tanpa hujan dengan intensitas lebih tinggi dari biasanya karena kiriman debit air yang tinggi dari hulu dan pasang air dari hilir Sungai Martapura,” tuturnya, Selasa (28/2/2023).
Ia menjelaskan bahwa secara geografis, desa Pembantanan relatif memiliki dataran yang rendah dibandingkan dengan tinggi air di sungai. Apalagi hujan, tinggi banjirnya bisa mencapai paha orang dewasa.
“Kita susah terbiasa. walaupun sudah terbiasa, tetapi ini tetap mengganggu aktivitas harian. Terlebih dengan kondisi banyak jalan yang rusak memperparah kondisi di desa pembantanan,” ungkapnya.
Banjir yang terjadi tersebut selain mengganggu masyarakat melakukan aktivitas dan merendam rumah warga, tetapi juga merendam fasilitas sekolah. Anak-anak banyak yang terlambat ke sekolah karena sebagian dari mereka tidak semuanya memiliki sabora (perahu-red) ditambah aktivitas pembelajaran menjadi terganggu.
Banjir di desa Pembantanan tidak hanya memberikan dampak pada aktivitas harian warga tapi memberikan efek yang sangat besar pada ekonomi terutama pada masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan pekebun, yang mayoritas menjadi profesi umum bagi warga pembantanan.
“Beberapa musim terakhir ini gagal panen padi. Biasanya sekali panen dapat menghasilkan 60 ton, tapi dengan tingginya intensitas banjir kami hanya memanen seperlimanya saja.” ungkap Fauzi
Tidak hanya masalah padi, sektor perkebunan buah-buahan juga ikut terdampak. Banyak pohon jeruk milik petani disana terendam air dan mengakibatkan puluhan ribu batang jeruk yang sudah siap panen tapi mati karena tenggelam dalam tiga bulan terakhir.
Untuk antisipasi dampak dari banjir ini, warga menyiapkan langkah mitigasi bencana yang matang. lebih dari itu juga berharap segera muncul sinergitas antara pemerintah desa dengan Kabupaten dan struktur Pemerintah Provinsi dan Pusat serta stakeholder untuk menyikapi masalah banjir yang telah menjadi momok di desa mereka.
Bagaimanapun juga, banjir yang terjadi di sini bukan karena kondisi cuaca yang ekstrim melainkan juga karena faktor geografis sehingga membutuhkan penanganan yang bersifat jangka panjang dan terara.