REDAKSI8.COM – Selama pemberlakuan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) kepada setiap tingkatan sekolah mulai dari level TK/Paud hingga perguruan tinggi, sedikitnya menimbulkan dampak negatif.
Salah satu dampak yang terjadi di daerah Kabupaten tertentu wilayah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) adalah ditemukannya siswa SD yang belum bisa membaca namun mendapatkan nilai tinggi dan naik kelas.
Informasi ini berhasil dihimpun oleh Redaksi8.com baru-baru saja dari sumber yang bisa dipertanggungjawabkan. Berada di daerah cukup terpencil dan mobilitas menuju kesana sulit serta kurang akan jangkauan pemerintah daerahnya.
Bagaimana dengan wilayah perkotaan? Kota Banjarbaru misalnya. Menurut Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar, Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru, PPJ merupakan pola pembelajaran yang diterapkan selama pandemi Covid-19 untuk menghindari kerumunan dan kontak fisik yang bisa menyebabkan pandemi semakin meluas.
Dalam PJJ diterapkan kurikulum darurat yang tidak sama dengan kurikulum reguler, karena kurikulum darurat hanya berisi kompetensi- kompetensi dasar yang esensialnya dipilah dan dipilih oleh guru kelas.
Hal ini dilakukan agar pembelajaran tetap berlangsung, walaupun ada beberapa kompetensi yang sementara tidak disampaikan, mengingat waktu pembelajaran yang sangat terbatas.
Dengan kondisi yang demikian sambungnya, ada peluang beberapa siswa mengalami kesulitan dalam belajar, yang mungkin bisa menyebabkan siswa belum lancar membaca.
“Adapun siswa yang memperoleh nilai cukup tinggi walaupun siswa tersebut belum lancar membaca, kemungkinan guru melakukan penilaian dengan meramu beberapa aspek tertentu, salah satunya kelancaran membaca,” ujarnya saat dihubungi Redaksi8.com, Rabu (25/8).
Jika aspek yang lain memperoleh nilai tinggi tuturnya, maka nilai tersebut menjadi lebih tinggi, walaupun membacanya belum begitu lancar.
Oleh karena itu Ia menyarankan kepada para guru di Kota Banjarbaru memberikan kesempatan untuk melakukan pembelajaran remedial, sehingga siswa tersebut dapat lebih lancar membaca.
Diketahui, temuan informasi siswa yang belum bisa membaca berada di daerah Kabupaten Barito Kuala, Marabahan.
Disalah satu sekolah telah ditemukan siswa tidak mampu membaca denga baik meskipun dalam nilai rapotnya mendapatkan nilai yang cukup tinggi.
Eks Mendikbud Khawatir Dunia Pendidikan Sekarang
Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 2009-2014 Mohammad Nuh mengaku khawatir melihat dunia pendidikan di Indonesia hari ini. Dia mengkritisi taktik pemerintahan dalam merancang proyeksi dunia pendidikan.
“Saya termasuk yang paling waswas melihat konstelasi dunia pendidikan kita. Karena seakan-akan beberapa pembelajaran kalau tidak dipakai, enggak diajarkan,” kata Nuh dalam webinar leader talk Sevima, dikutip Rabu, 25 Agustus 2021.
Menurutnya, hal itu tidak bisa diterapkan dalam dunia pendidikan. Filosofi dunia pendidikan, kata dia, tak sama dengan gerakan pelatihan.
“Kalau latihan memang yang akan digunakan itu yang dilatih. Tapi kalau pendidikan berbeda. Pendidikan itu landasan pacu,” ujarnya.
Ibarat landasan pacu pesawat terbang, kata dia, sudah ada pertimbangan tersendiri ketika membangun jalur landasan tersebut. Landasan tersebut tetap dibangun walaupun melebihi panjang dan lebar pesawat.
“Meskipun ujung paling pojok landasan enggak dipakai, itu tetap dibangun, karena ada berbagai faktor. Siapa tahu pesawat yang landing tiba-tiba lebih besar. Jadi tidak boleh terlalu ceroboh memilah yang tidak perlu,” sambungnya.
Dia pun mengatakan dalam dunia pendidikan tidak bisa menggunakan paradigma kata ‘atau’. Sejauh ini, dia melihat banyak kebijakan pendidikan yang tidak menggunakan paradigma kata ‘dan’.
“Perlu kita menganut paradigma ‘dan’. Jadi bukan lagi yang penting guru ‘atau’ sekolah. Tapi keduanya, yang penting guru ‘dan’ sekolah,” lanjut dia.
Ia pun mengingatkan pemangku kepentingan berhati-hati dalam merancang kebijakan dunia pendidikan. Nuh meminta agar kebijakan pendidikan dirancang secara runut.
“Merancang itu yang dari bawah terus secara utuh. Karena pendidikan ini sifatnya tidak bisa diulang, jadi harus hati-hati, jangan sampai kita terjebak. Jadi kalau tidak punya pengalaman tanyakan kepada para ekspert, bukan jadi ajang coba-coba,” tutur dia.