REDAKSI8.COM, SAMARINDA – Di tengah derasnya arus pembangunan dan perhatian publik terhadap isu-isu infrastruktur maupun ekonomi di Kalimantan Timur, satu suara dari ruang parlemen menggema dengan muatan yang jauh lebih mendalam dan menyentuh.

Ialah Damayanti, anggota Komisi IV DPRD Provinsi Kalimantan Timur, yang menyuarakan keprihatinan serius mengenai maraknya kekerasan seksual terhadap anak.

Bagi legislator perempuan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini, perlindungan anak bukan hanya soal hukum atau rehabilitasi, melainkan juga soal edukasi sejak dini yang tepat dan terstruktur.
Dengan nada yang tegas dan sarat empati, Damayanti mengangkat isu yang selama ini masih kerap dianggap tabu untuk dibicarakan di ruang publik, apalagi di lingkungan pendidikan.
Ia mengungkapkan keyakinannya, pendidikan seks bukanlah hal yang harus dihindari, justru sebaliknya, perlu diarusutamakan dalam sistem pendidikan sejak usia dini.
“Ini bukan lagi hal yang tabu, ini adalah keharusan,” ujarnya dengan tegas.
Menurutnya, meningkatnya jumlah laporan kekerasan seksual terhadap anak menunjukkan bahwa upaya perlindungan selama ini belum cukup.
Untuk itu, ia mendorong agar pendidikan seks masuk ke dalam kurikulum pendidikan, mulai dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).
Namun, ia menekankan bahwa pendidikan seks yang dimaksud bukan sekadar pembelajaran tentang anatomi tubuh, melainkan pendidikan yang komprehensif dan disesuaikan dengan usia anak.
Kurikulum tersebut, menurut Damayanti, harus mencakup pengenalan tentang batasan tubuh, pentingnya rasa aman, relasi yang sehat, dan kemampuan untuk mengenali serta menolak situasi yang berpotensi membahayakan.
“Ini bukan sekadar tentang anatomi tubuh atau hal teknis lainnya,” kata Damayanti.
“Pendidikan ini bertujuan memberi anak-anak pengetahuan dan keberanian untuk melindungi diri mereka sendiri. Ini tentang rasa aman dan membangun kepercayaan diri sejak dini,” lanjutnya.
Sebagai wakil rakyat yang membidangi masalah pendidikan dan kesejahteraan sosial, Damayanti sadar bahwa gagasan ini tidak bisa diwujudkan oleh satu pihak saja.
Ia menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, mengingat pembagian kewenangan dalam sistem pendidikan di Kalimantan Timur.
Untuk diketahui, jenjang PAUD hingga SMP menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota, sedangkan pendidikan SMA berada di bawah wewenang pemerintah provinsi.
“Tanpa sinergi yang kuat, kita hanya akan bicara di atas kertas. Implementasinya bisa terhambat,” tegasnya. Damayanti berharap agar wacana ini tidak hanya menjadi pembahasan di ruang-ruang rapat, melainkan diikuti oleh langkah nyata dari pemangku kepentingan. Ia mendorong adanya regulasi pendukung dari eksekutif maupun legislatif agar pendidikan seks yang tepat dapat dijalankan secara terintegrasi di seluruh jenjang pendidikan.
Dalam pandangannya, pendidikan seks yang disesuaikan dengan perkembangan usia anak merupakan tameng pertama dalam mencegah terjadinya kekerasan seksual.
Selain itu, pendidikan ini juga berfungsi untuk membentuk generasi muda yang memiliki pemahaman yang sehat mengenai tubuh, emosi, dan relasi sosial.
“Kalau kita bisa menerapkan ini dengan baik, kita bicara soal mencetak generasi yang sadar akan hak atas tubuhnya, generasi yang tahu cara berkata tidak, dan generasi yang tahu ke mana harus mencari bantuan ketika merasa terancam,” ujar Damayanti penuh keyakinan.
Ia mengingatkan bahwa perlindungan terhadap anak adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya orang tua dan guru, tapi juga seluruh lapisan masyarakat, termasuk para pengambil kebijakan.
Dengan dorongan politik dan kebijakan yang berpihak, ia percaya bahwa langkah pencegahan bisa menjadi lebih kuat daripada sekadar penindakan setelah kekerasan terjadi.
Damayanti pun mengajak masyarakat untuk lebih terbuka dalam membicarakan isu ini, tanpa rasa malu atau takut.
Menurutnya, selama pendekatannya tepat dan disesuaikan dengan konteks budaya serta usia anak, pendidikan seks justru akan menjadi instrumen yang sangat ampuh untuk membangun rasa aman dan kesadaran sosial sejak dini.
Di tengah narasi besar pembangunan dan transformasi yang sedang berlangsung di Kalimantan Timur, suara Damayanti menjadi pengingat penting bahwa perlindungan anak-anak—sebagai generasi penerus bangsa—harus menjadi prioritas yang tidak boleh diabaikan.
Bagi Damayanti, pembangunan sejati adalah ketika setiap anak dapat tumbuh dalam lingkungan yang aman, memahami hak-haknya, dan memiliki bekal untuk menjaga dirinya dari segala bentuk kekerasan.