Dengan cara tersebut, seseorang mampu menggali perasaan terdalam, dan mengungkapkan pikiran yang sulit dijelaskan dengan kata-kata biasa.
Bagi pria yang populer disapa Dahri itu, menulis puisi mampu memberikan ruang bagi individu untuk berkomunikasi dengan dunia.
“Bahkan menghadirkan keindahan melalui kata, dan menciptakan hubungan emosional yang mendalam dengan pembaca,” katanya sekaligus pegiat Sastra di Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.
Ia bilang, puisi bukan sekadar tulisan semata, melainkan bentuk dari sebuah seni yang menciptakan pengalaman emosional mendalam.
“Puisi mampu menggambarkan peristiwa sederhana namun penuh makna, yang disebutnya sebagai peristiwa politik,” jelas Dahri dalam kegiatan peluncuran buku ‘Tiada Jembatan yang Tak Luka’ dan ‘Buat Apa Rindu Tak Terjemahkan’ di Kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kaltim jalan Ir Juanda, Samarinda.
Tak hanya itu, ia menyebut, puisi itu unik karena mempunyai kebenaran yang tidak mampu disampaikan dengan cara lain selain melalui puisi.
Ia menuturkan, apabila seseorang yang mengutarakan perasaannya dengan merangkai dan menyusun bait demi bait, hingga menjadi sebuah kalimat indah. Hal tersebut memiliki nilai rekreatif yang bisa menyamai pengalaman “healing” penyair tersebut.
“Saat kita membaca puisi, ada rasa yang tidak dapat diutarakan. Misalnya ketika kita melihat ombak di pantai, menulis dan membaca puisi menawarkan perasaan damai yang mirip dengan itu,” ungkapnya dihadapan awak media, pada Minggu (26/1/2025) .
Penyair kelahiran Mandar, Sulawesi Barat itu menyampaikan, alasan puisi atau sastra masih digemari banyak orang hingga saat ini karena menjadi cara “healing terbaik” bagi sebagian individu.
“Kenapa sih orang-orang masih mau ke pantai lihat ombak segala macam, itu sama seperti ketika ada yang bertanya: kenapa masih ada orang-orang yang mau menulis dan membaca puisi,” tuturnya.
Menurutnya, kehadiran puisi sebagai satu wujud nyata peradaban manusia yang tak terelakkan yang telah ada sejak zaman dahulu.
“Mulai dari mantra-mantra hingga menjadi bentuk sastra seperti sekarang. Maka sampai dunia kiamat pun orang-orang masih akan menulis puisi,” ucap Dahri dengan penuh keyakinan.
“Selama manusia masih menulis puisi maka itu menandakan bahwa manusia masih berperadaban menjaga peradaban manusia,” tandasnya.
Ia pun tak henti-hentinya, mengajak masyarakat untuk mulai membaca atau menulis puisi sebagai bentuk apresiasi terhadap seni dan kehidupan, serta menjaga peradaban manusia.
“Puisi bukan hanya tentang kata-kata indah, tetapi juga tentang jiwa. Dengan menulis atau membaca puisi, kita merasakan keindahan yang hanya bisa ditemukan dalam bahasa,” tutupnya.



