REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) prevalensi stunting di Kota Banjarbaru menjadi yang terendah di Provinsi Kalimantan Selatan.
Dari hasil survei Kementerian Kesehatan RI tersebut, prevalensi stunting di Kota Banjarbaru berhasil ditekan hingga di level 12,4 persen.
Angka tersebut menjadi yang terendah di antara 12 Kabupaten Kota lainnya di Banua Kalsel.
Diikuti Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan prevalensi 13,0 persen dan Kabupaten Tapin 14,4 persen.
“Alhamdulillah, terimakasih untuk semua yang terlibat dan berkontribusi dalam upaya penurunan stunting di Kota Banjarbaru. Semoga kita bisa lebih maksimalkan lagi di tahun 2024 ini,” ucap Wali Kota Banjarbaru, Aditya Mufti Ariffin, Kamis (25/4/2024).
Baginya, hasil itu tidak semudah membalikan telapak tangan. Dengan segala rancangan yang dimulai dengan pendataan, dilanjutkan dengan merancang program-program spesifik dan efektif.
Ada berbagai program yang dilancarkan dalam menekan stunting sepanjang tahun kemarin. Program itu sendiri jelasnya, mencangkup pemenuhan kebutuhan gizi, kebersihan dan kelayakan lingkungan tempat tinggal masyarakat Kota Banjarbaru.
“Program yang kita jalankan sepanjang tahun 2023 ialah program pembagian susu, vitamin dan telur untuk anak-anak usia sekolah dasar. Temasuk juga peningkatan kualitas lingkungan, perbaikan sanitasi, bedah rumah, dan lain-lain,” terangnya.
Walikota mengakui Pemko Banjarbaru turut mengandalkan sifat gotong-royong.
Dimana kinerja Pemko Banjarbaru semakin terdorong dengan informasi-informasi yang diberikan masyarakat, baik secara langsung, sosial media, maupun aplikasi digital.
“Semua masalah terdeteksi dan kami tindaklanjuti. Alhamdulillah di Kota Banjarbaru, sinergi dari seluruh elemen masyarakat bersatu,” tukasnya.
“Secara rutin, Pemkot melakukan pelaksanaan rembuk stunting di tingkat kota, mulai dari kecamatan, kelurahan, puskesmas, PKK, tiga pilar dan peran serta tokoh masyarakat,” pungkasnya.