REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Masih terkait dugaan kembali beraktivitasnya prostitusi secara terselubung di Eks Lokalisasi Pembatuan.
Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Banjarbaru Nurkhalis Anshari menilai aktifitas prostitusi di Eks Lokalisasi pembatuan masih kucing-kucingan.
Soalnya, lokasi tersebut telah ditutup sejak tahun 2018. Tapi hari ini ada dugaan aktif lagi, meskipun sifatnya masih sembunyi-sembunyi, atau kucing-kucingan.
Padahal kata Khalis, pemerintah sudah memberikan solusi supaya disana tidak ada lagi aktifitas tersebut.
Diantaranya membangun Kantor Kecamatan dan Kelurahan. Bahkan, dalam waktu dekat pemerintah akan membangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) disana.
“Ini merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah untuk menutup lokalisasi dan memberikan solusi,” terang Nurkhalis, Selasa (25/7/23).
Ketika pemerintah berkomitmen untuk menutup lokalisasi tersebut, maka pemerintah ujarnya sudah menggunakan perangkat-perangkat yang bisa memaksimalkan penertiban.
Seperti Satpol PP bekerjasama dengan masyarakat memberikan sosialisasi, himbauan dan komitmen untuk terus melakukan patroli dan sebagainya.
Disisi lain masyarakat juga harus ikut berperan dengan melaporkan jika menemukan kegiatan prostitusi.
Sebaliknya, pemerintah pun turut mendengarkan masukan ketika ada laporan-laporan masyarakat supaya segera memberi tindakan jika ada pelanggaran soal itu.
“Kita harus saling bantu, karena selain tempat prostitusi, justru yang lagi tren ini prostitusi online, mainnya di hotel atau kos-kosan,” jelasnya.
Baginya masalah tersebut menjadi tantangan pemerintah dalam memberantas aktivitas tersebut. Karena sifatnya tersembunyi dan online.
“Jadi PR besar buat pemerintah untuk bisa memberantas prostitusi yang sudah eksis atau prostitusi online,” akuinya.
Menurutnya, di wilayah Eks Lokalisasi Pembatuan perlu dibangun sekolah, guna membekali pengetahuan pada anak-anak disana.
Serta adanya pembekalan edukasi kepada masayarakat setempat dalam bentuk pelatihan-pelatihan yang bisa membuahkan lapangan pekerjaan baru.
Sehingga masyarakat disana merubah mindset atau membuka pola pikir mereka sendiri untuk tidak lagi membuka jasa tempat prostitusi, atau berprofesi sebagai pekerja mantap-mantap lagi.
“Membukakan home industri atau kerajinan-kerajinan UMKM yang bisa mereka kerjakan sehingga dapat meminimalisir aktifitas prostitusi di wilayah tersebut,” sarannya.
Akan tetapi, jika pekerja prostitusi yang masih aktif sembunyi-sembunyi disana bukan dari warga Kota Banjarbaru, Khalis menyarankan kembalikan ke kota asalnya.
“Jika memang warga Kota Banjarbaru, maka perlu ada edukasi dan solusi, seperti pembinaan, pelatihan ataupun upaya dari pemerintah untuk memberikan lapangan pekerjaan dan sebagainya,” tandasnya.
Berbeda dengan Anggota DPRD, Kepala Satpol PP berpendapat, usaha yang bisa dikembangkan di wilayah Eks Lokalisasi Pembatuan adalah usaha Kos-kosan.
Karena Eks Lokalisasi Pembatuan berdekatan dengan Kampus UIN.
“Nilai ekonomisnya bisa lebih tinggi dan mahasiswa pun terbantu, karena mereka punya akomodasi alternatif lain selain asrama yang disiapkan oleh pihak lembaga pendidikan,” menurutnya.
Berdasarkan informasi yang didapat pihaknya, bahwa Kampus UIN pada tahun pertama mahasiswa akan diasramakan, namun setelah tahun pertama selesai mereka diperbolehkan tinggal di luar asrama.
Dengan begitu, kemungkinan besar bisa menjadi peluang bagi warga daerah pembatuan beralih usahanya.
Sehingga tidak lagi digunakan untuk kegiatan prostitusi tetapi digunakan sebagai pemondokan mahasiswa.
Selain itu, dari 15 sampai 20 rumah itu rata-rata memiliki warung, jadi bagaimana jika warung ini juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa.
“Kita minta bantuan teman-teman untuk mencoba menyampaikan juga peluang ini, sehingga mereka terbuka pemikirannya untuk berubah usaha,” terangnya.
“Yang kita lihat itu sekitar 15 sampai 20 rumah yang masih aktif untuk disewakan,” sambungnya.
Penulis Irma