REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Curah hujan tinggi di masa panen menghambat produksi padi, bahkan menyebabkan serangan hama hingga turunnya hasil panen para petani.

Hal itu ternyata dampak dari Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di wilayah Kota Banjarbaru, yang membuat petani tidak bisa leluasa memanen hasil tanamannya.
Penyuluh pertanian Kelurahan Palam dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Banjarbaru, Rohim mengungkapkan, hujan yang terus turun menjadi kendala utama bagi para petani.

“Untuk kondisi lahan pertanian menjelang panen, sebagian petani sudah mulai memanen. Cuma ada kendala curah hujan,” ujarnya, Selasa (26/8/25).
Ia menjelaskan, bagi lahan yang kekeringan, hujan memang menguntungkan, tetapi di lokasi yang siap panen seperti di Kelurahan Palam justru menimbulkan masalah.
“Kalau pagi sampai jam setengah sebelas biasanya sudah bisa panen. Tetapi karena kondisi basah, otomatis tidak bisa,” katanya.

Kondisi itu pula tidak hanya menunda panen, namun genangan air di sawah juga menyebabkan serangan hama tikus.
“Dengan adanya air, tikus keluar dari sarang dan lebih mudah menyerang tanaman padi,” terangnya.
Ditambah, akses jalan pertanian juga terdampak hujan, sehingga menambah beban para petani yang membawa gabah padi jadi terganggu.
“Kalau jalan basah sangat mengganggu. Orang yang tidak mahir berkendara bisa jatuh,” jelasnya.
Sedangkan untuk hasil panen katanya dipastikan mengalami penurunan, sebab tahun lalu petani bisa mencapai 12-15 blik.
“Untuk tahun ini memang ada penurunan sekitar dua sampai tiga blik per orong,” ucapnya.
Ia menilai, perubahan jadwal tanam menjadi salah satu penyebab utama, dimana hal ini membuat kematangan padi menjadi tidak merata.
“Biasanya tanam maksimal di bulan Maret-April. Tapi karena banjir Januari-Februari, banyak petani baru tanam di Mei sampai Juni,” tuturnya.
Di sisi lain, dengan kondisi lahan yang sering tergenang ikut menaikkan kadar asam tanah, dimana itu dapat mempengaruhi kualitas pertumbuhan pada tanaman padi.
“Tahun lalu setelah panen tanah kering, tapi begitu terendam air lama-lama kadar asamnya naik,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Rohim juga menyebutkan, Pemerintah Daerah (Pemda) sudah mulai menata saluran air, yang mana penataan ini merupakan ranah Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Banjarbaru.
“Ada pengurukan di beberapa titik, termasuk rencana di Palam tahun ini. Jadi kalau air tidak dibutuhkan bisa dibuang, kalau diperlukan bisa dialirkan,” tuturnya.
Kendati demikian, Ia kembali menegaskan, kendala cuaca tidak hanya dialami petani di wilayah Kota Banjarbaru saja, namun juga di setiap daerah.
“Bukan disini saja, di kampung saya juga sama, kondisinya mirip waktu ada serangan Tunggro, saat cuaca hujan dan panas berganti ekstrem, pertumbuhan tanaman dan hasil panen pasti terganggu,” tandasnya.