REDAKSI8.COM, SAMARINDA – Festival budaya tahunan East Borneo International Folklore Festival (EBIFF) akan kembali digelar pada tahun 2025 dengan semangat baru. Tahun ini, EBIFF hadir dengan membuka ruang seluas-luasnya bagi anak muda dan komunitas seni lokal untuk ambil bagian. Para pelaku seni dari Samarinda dan 10 kabupaten/kota di sekitarnya, termasuk beragam paguyuban budaya, menjadi bagian penting dalam perhelatan yang mengangkat kekayaan budaya Kalimantan Timur ini.

Irza A. Shavero, selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) EBIFF 2025, menyampaikan bahwa meskipun festival ini berskala internasional, keterlibatan anak muda tetap menjadi garda depan dalam pelaksanaannya.
“… Dengan rentang usia mulai dari 20 hingga di atas 30 tahun. Rentang usia ini menurut kami sudah merepresentasikan keterlibatan anak-anak muda dalam festival EBIF tahun ini,” ujarnya pasca jumpa pers di Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kalimantan Timur (Kaltim), Rabu (11/06) sore.
Pendaftaran pelaku seni telah dibuka melalui akun Instagram resmi EBIFF 2025, yang menjadi kanal utama untuk informasi persyaratan, proses kurasi, hingga pengumuman tim yang terpilih.
“Pendaftarannya sudah kita buka di link Instagramnya EBIF. Tadi baru update terkait pelaku seninya di sana. Dan di sana nanti kami kurasi dan di sana ada date-nya, tanggalnya. Kurasinya dan ada pengumuman siapa saja yang menang untuk timnya. Itu sudah kami umumkan semua di Instagramnya EBIF 2025,” jelasnya.
Salah satu tantangan penyelenggaraan tahun ini adalah efisiensi, khususnya dalam hal akomodasi dan transportasi peserta. Hal ini menjadi pertimbangan dalam pemilihan pelaku seni dari wilayah sekitar.
“Pelaku seni kami libatkan dari 10 kabupaten/kota, namun khusus di Samarinda difokuskan pada paguyuban lokal seperti Sunda dan Banjar. Pertimbangannya adalah efisiensi akomodasi dan transportasi yang akan jauh lebih mahal jika harus mengundang dari daerah lain.” papar Irza.
Pemangkasan pada program seperti kunjungan budaya juga dilakukan setelah mengevaluasi pelaksanaan tahun lalu, yang dianggap kurang ramah cuaca bagi peserta internasional.
“Kalau berbicara soal inovasi, secara umum rundown-nya masih serupa dengan tahun sebelumnya. Namun, ada beberapa perbedaan, khususnya dalam hal negara partisipan dan jenis kegiatan. Misalnya, tahun lalu sempat ada kunjungan budaya, sementara tahun ini ditiadakan karena hasil evaluasi menunjukkan beberapa peserta dari negara lain kurang nyaman dengan kondisi cuaca yang cukup panas di beberapa titik acara,” imbuh Irza.
Tahun ini EBIFF diikuti oleh lima negara, dengan dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Harapan agar jumlah negara peserta bertambah pada tahun berikutnya turut disampaikan oleh pejabat terkait saat jumpa pers.
“Kami kemarin berkunjung ke kantor Ibu Sekda. Ibu Sekda berharap juga kemarin dengan adanya festival tahun ini dan 5 negara ini, semoga tahun depan bisa jauh lebih banyak negara-negaranya. Dan itu juga harus disinkronkan sama anggaran yang digelontorkan Dinas Pariwisata,” terangnya.
EBIFF 2025 diharapkan menjadi ruang ekspresi dan kolaborasi budaya yang epik, tanpa membebani anggaran daerah secara berlebihan.