REDAKSI8.COM, BALIKPAPAN – Di tengah geliat pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang semakin nyata, Balikpapan, sebagai kota yang sudah lama menjadi pusat pergerakan ekonomi di Kalimantan Timur, kini bersiap untuk menyandang peran baru yang lebih besar.

Dengan posisi geografis yang strategis, ditambah pelabuhan internasional dan bandara yang menghubungkan Kalimantan dengan dunia luar, Balikpapan diproyeksikan menjadi pintu gerbang utama menuju pusat pemerintahan Indonesia yang baru.

Dalam menghadapi transformasi besar ini, Sabaruddin Panrecalle, Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Timur, tidak tinggal diam.
Sebagai salah satu tokoh yang vokal dan berpengaruh di daerah pemilihan Balikpapan, Sabaruddin menegaskan kota ini harus siap dengan berbagai aspek, terutama infrastruktur yang mendukung konektivitas dan kelancaran berbagai aktivitas ekonomi serta pemerintahan.
Menurut Sabaruddin, kesiapan Balikpapan bukanlah sekadar soal semangat menyambut era baru, tetapi juga soal perencanaan matang dalam hal infrastruktur yang memadai dan pendanaan yang cukup.
“Balikpapan harus lebih siap menjadi pintu gerbang IKN, namun untuk mewujudkan hal itu, kita tidak bisa bekerja sendirian. Dibutuhkan dukungan anggaran dari pemerintah pusat, terutama untuk pembangunan infrastruktur yang dapat memperlancar konektivitas,” ujarnya dengan tegas.
Bagi politisi yang telah lama berkarier di DPRD Kaltim ini, pembangunan IKN bukan hanya soal memindahkan pusat pemerintahan dari Jakarta ke Kalimantan Timur, tetapi juga tentang menciptakan sistem kawasan yang saling terhubung dengan baik.
Ia menekankan pentingnya sinergi antara Balikpapan, Samarinda, Kutai Kartanegara, dan Penajam Paser Utara sebagai daerah penyangga yang harus bekerja sama secara efisien dalam mendukung pergerakan ekonomi dan mobilitas masyarakat.
Mengutip contoh sukses kawasan metropolitan seperti Jabodetabek, Sabaruddin menegaskan perlunya model integrasi yang memungkinkan mobilitas dan aktivitas sosial-ekonomi berjalan lancar tanpa hambatan yang berarti.
“Jika kawasan IKN dan kota-kota penyangga lainnya bisa saling terhubung dengan baik, maka tidak akan ada hambatan berarti dalam pergerakan masyarakat, logistik, dan sektor ekonomi lainnya,” jelasnya.
Namun, di balik semangat tersebut, Sabaruddin juga menyadari bahwa tantangan besar sudah di depan mata, salah satunya adalah masalah kemacetan lalu lintas yang semakin meresahkan masyarakat Balikpapan.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan peningkatan mobilitas kendaraan, jalan-jalan utama kota sudah tidak mampu lagi menampung arus lalu lintas yang terus meningkat.
“Kemacetan yang kita hadapi ini bukan masalah yang bisa diselesaikan dengan sekadar rekayasa lalu lintas. Kita membutuhkan jalur alternatif, pelebaran jalan, dan pembangunan infrastruktur baru yang mampu mengakomodasi lonjakan aktivitas yang akan datang,” ujarnya, menggambarkan situasi yang kini dihadapi kota ini.
Lebih lanjut, Sabaruddin juga menyoroti dampak dari proyek besar pembangunan jalan tol Balikpapan-IKN yang semakin terasa pada ruas-ruas jalan lokal.
Menurutnya, pembangunan infrastruktur utama seperti jalan tol seharusnya tidak berdiri sendiri, tetapi harus disertai dengan perhatian serius terhadap kondisi infrastruktur pendukung yang ada di sekitarnya.
“Jalan tol ini penting, tetapi kita tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa jalan-jalan lokal yang ada sudah mulai terbebani. Pemerintah pusat harus hadir untuk memastikan bahwa pembangunan infrastruktur utama ini tidak justru memperburuk kondisi infrastruktur lain yang sudah ada,” tegasnya.
Subandi juga menambahkan bahwa meskipun pendanaan daerah (APBD) berperan penting, hal itu tidak akan cukup untuk menangani tantangan besar yang dihadapi Balikpapan. “Dengan segala keterbatasan yang ada, jelas bahwa kami tidak bisa hanya mengandalkan APBD.
Pemerintah pusat harus turun tangan lebih aktif untuk membantu Balikpapan mempersiapkan diri menyambut era baru sebagai pintu gerbang IKN,” lanjutnya, menekankan pentingnya kolaborasi lintas pemerintah untuk menangani masalah-masalah yang ada.
Meskipun demikian, Sabaruddin tetap optimis dan berharap bahwa perubahan ini akan membuka jalan bagi kemajuan besar bagi Balikpapan. Ia membayangkan Balikpapan tidak hanya sekadar menjadi gerbang masuk IKN, tetapi juga menjadi kota modern yang nyaman, teratur, dan berdaya saing tinggi.
“Infrastruktur adalah kunci. Kita harus memastikan bahwa konektivitas antara Balikpapan dan IKN terjaga dengan baik, karena ini akan berpengaruh besar pada kelancaran aktivitas pemerintahan dan pelayanan publik,” pungkasnya.
Dengan komitmen yang kuat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mewujudkan Balikpapan sebagai kota yang siap menyambut era baru IKN, Sabaruddin Panrecalle terus mendorong pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Ia berharap sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat dapat berjalan dengan baik untuk menciptakan kota yang lebih maju dan sejahtera bagi semua warganya.