REDAKSI8.COM – Marak kicauan nitizen 4.0 di sosial media twitter terkait pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengatakan Bipang atau Jipang, dalam pidato ajakannya supaya masyarakat berbelanja kuliner secara online di hari Bangga Buatan Indonesia (BBI) yang bisa ditemukan pada kanal youtube Kementerian Perdagangan RI rilis pada Rabu (5/5), menimbulkan banyak perbedaan pendapat.
Ada yang berasumsi, maksud dari bipang dari ucapan Jokowi itu adalah babi panggang khas Kalimantan Barat. Sehingga statement presiden Jokowi itu dianggap warga net blunder karena dalam hukum Islam babi adalah makanan haram.
“sebentar lagi lebaran. Namun karena masih dalam suasana pandemik, pemerintah melarang mudik untuk keselamatan kita Bersama. Nah, Bapak, Ibu, Saudara-saudara, yang rindu kuliner daerah atau mudik membawa oleh-oleh, tidak perlu ragu untuk memesannya secara online,” ucap Jokowi pada video yang beredar, Sabtu (8/5).
“Yang rindu makan gudeg Yogya, bandeng Semarang, Siomay Bandung, Pempek Palembang, Bipang Ambawang dari Kalimantan dan lain-lainnya tinggal pesan dan makanan kesukaan akan diantar sampai ke rumah,” sambung Presiden Jokowi.
Sementara, menurut Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman yang merupakan putra daerah asli Kalimantan Selatan (kalsel), Banjarmasin, menyatakan, bipang yang diucapkan Presiden Jokowi itu adalah makanan khas di tanah kelahirannya, Kalsel.
Pendapat tersebut Dia uraikan dalam kicauan akun twitter pribadinya @fadjroeL. Beserta poto hasil capture berupa makanan bertuliskan ‘bipang’ dalam sampul kemasannya.
“Ini Bipang (atau Bepang atau Jipang) yang saya kenal di kampung saya Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Bipang Kalimantan makanan beras dengan gula, makanan saya dari kecil hingga sekarang kalua pulang kampung . Idul Fitri 1442 H ini #TidakMudik lagi ~ #BungFADJROEL #Bipang,” tulisnya dalam kicauan akun twiter pribadi Fadjroel, Sabtu (8/5).
Ia mengatakan bipang adalah jajanan ringan khas dulu yang biasa dijual di pasar atau warung-warung kecil, dimana setiap daerah penyebutannya pun berbeda-beda.
“BIPANG adalah NAMA GENERIK makanan jaman dulu khas Kalimantan (Bepang), Sulawesi (Bepang) & Jawa (Jipang). Dikampungku Kalimantan Selatan, contohnya Bipang AA produksi Bahrul Ilmi (Desa Pingaran Ilir, Kec. Astambul, Kab. Banjar Martapura,” tulis Fadjroel.
Diketahui, Bepang khas Kalsel bentuknya kerap berukuran persegi panjang dengan warna- warni sesuai dengan rasa yang ditumbulkannya. Merah berarti stroberi, hijau berati melon dan coklat berati gula merah. Sedangkan bepang berwarna putih adalah bentuk dan rasa originalnya.
Dalam kemasannya juga biasanya ditemukan poto kesatria dan pahlawan di film- film kartun yang tayang di televisi Indonesia.
Dari penelusuran Redaksi8.com ke Pasar Bauntung Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, jajanan khas Banjarmasin Bepang ini sekarang sudah sepi peminat. Hal itu diakui oleh salah seorang pedagang Snack dan jajanan kue kering khas Banjar, Yamani. Katanya, jajanan yang hit sejak era 80’an sampai 2000’an itu sekarang sudah sangat sepi peminat serta bahannya mudah melempem.
Daya tahan kue kering bipang itu tambahnya, hanya bisa bertahan selama seminggu saja. Sisanya kue bipang akan melempem dan sudah tidak enak lagi untuk dinikmati.
“Terakhir saya jualan Bepang ketika baru pindah ke pasar baru ini. Karena sulit memasarkan dan bahannya tidak tahan lama. Oleh karena itu saya berhenti memasok snack itu ke kios saya,” ungkapnya kepada wartawan ini sembari menghitung barang dagangannya, Minggu (9/5).
Harga normal Bepang yang biasa dijual dikios kecilnya itu senilai Rp. 17 ribu per pack atau 20 pcs. Satu pcs berukuran sekitar Panjang 10 cm, lebar 5 cm meter dan tebalnya 2,5 cm. Ia pun tidak menjual bepang secara eceran kepada konsumen.
“Sistem saya jualan, kalau barang itu dalam dua pekan tidak laku maka akan saya stop barang itu datang ke kios saya. Apalagi jika barangnya mudah layat (Melempem->red). Bipang itu hanya bertahan selama seminggu, sisaya layat,” paparnya.
“Sudah berbulan-bulan saya tidak jualan itu lagi karena pemasarannya sulit dan bahannya cepat layat,” pungkasnya.