Masih Terkendala Dengan Kualitas Bahan Mentah
REDAKSI8.COM , Perjuangan Ira dan sang suami Mulkani selama 20 tahun menjajakan Tapai Singkong dan Tapai Beras, masih belum membuahkan hasil yang maksimal. Sebab, usaha mereka banyak terkendala kualitas bahan mentah yang kurang baik, sehingga sulit untuk meningkatkan kualitas produk.

“Awalnya suami saya yang berjualan tapai, ketika beberapa tahun, tapai semakin banyak diminati, dan sekarang Alhamdullilah, kami memiliki banyak pelanggan,” kata Ira Wati, Pengusaha Tapai Singkong dan Tapai Beras,d i Desa Pematang Panjang, Kecamatan Gambut, panjang lebar saat ditemui Redaksi8.com .
Untuk saat ini ia hanya bisa meraup keuntungan yang bisa dikatakan belum banyak, namun ia bersyukur sudah bisa memperbesar bangunan rumahnya. Penghasilan bersih menjual Tapai Singkong dan Tapai Beras yang sudah jadi, menurut kalkulasinya setiap minggu, mampu mencapai sekitar Rp. 670 ribu sampai Rp. 800 ribu.
Berdasarkan hasil perhitungannya, untuk modal awal pembuatan Tapai Singkong adalah sebesar Rp. 120 ribu yang terdiri dari, harga singkong Rp. 40 ribu per 20 kg. Kemudian harga daun pisang Rp. 30 ribu per 15 helai, harga ragi sebesar Rp. 20 ribu per 50 biji, dan yang terakhir harga kayu bakar seukuran setengah meter, seharga Rp. 30 ribu per 100 batang. Penjualan Tapai sendiri harganya mampu mencapai Rp . 90 ribu per 20 kg.
“Sampai saat ini, paling sedikit orang membeli tapai ditempat saya dari 60 sampai 80 kg per 3 hari,” katanya.
Kalau dari modal awal Rp. 120 ribu, maka harga jual Tapai Singkong Rp. 90 per 20 kg. Kalau dikalikan dengan banyaknya jumlah yang dijual, yang berkisar dari 60 – 80 kg, maka total uang yang didapat senilai Rp. 270 ribu sampai Rp. 360 ribu itupun per 2 hari.
Ditambah lama waktu fragmentasi, jika dalam seminggu mampu membuat tapai sebanyak 3 kali, maka dana yang diperoleh sebesar Rp. 810 ribu sampai 1,8 juta. “Biasanya kentungannya memang berkali lipat. Itu pun kalau tapai habis semua,“ sahutnya sambil mengupas kulit singkong.
Tapai Beras Lebih Singkat
Sementara, untuk modal Tapai Beras sebesar Rp. 140 ribu, terdiri dari harga Beras Ketan Rp.70 ribu, kemudian harga biji katu Rp.7 ribu 5 ratus per setengah kg. Beras ketan 5 liter itu mampu membuat 350 biji Tapai. Jika dihitung dengan harga jual senilai Rp. 140 ribu per 350 biji Tapai Beras, maka keuntungan bersih setelah dihitung dengan dikurangi modal Rp.77.500 adalah sebesar Rp. 62.500 per hari, dikalikan 7 hari maka penghasilan bersihnya mencapai Rp. 437,5 ribu. Itu jika dalam satu hari dia mampu membuat Tapai Beras dengan banyak bahan 5 liter, dan itu jika terjual habis.
“Kalau hari-hari besar, seperti hari raya Idul Fitri, pemesanan Tapai Beras mampu mencapai 200 liter sehari Ya, Alhamdulillah masih cukup untuk makan sehari-hari, “ katanya dengan senyuman.
Wanita yang memiliki 5 orang anak ini sedikit berbagi tips proses pembuatan Tapai Beras dan Tapai Singkong. Pertama –tama singkong yang dibeli dikupas terlebih dahulu, kemudian dipotong bebererapa bagian sesuai pesanan, lalu dicuci sampai bersih, lanjut di rebus sampai matang.

Singkong yang sudah matang diletakan di atas alas yang sudah disiapkan, guna mendinginkan singkongnya. Setelah dingin barulah singkong ditaburi dengan ragi yang sudah dihaluskan sebelumnya, dan singkong siap untuk difragmentasi selama kurang lebih 2 hari agar hasilnya maksimal.
Kalau pada Tapai Beras, proses pembuatannya sedikit lebih mudah dibanding Tapai Singkong. Pertama beras dicuci, lanjut di rendam selama 2 jam, setelah itu beras diangkat dan ditaburi bubuk dari katu secara merata, dan yang terakhir dikukus dengan daun pisang selama 1 jam, setelah itu Tapai Beras siap di nikmati.
“Selama ini kami terkendala pada kualitas bahannya, terutama pada singkong, kadang-kadang singkong yang dibeli kurang bagus, bahkan pernah hampir semua singkong yang dibeli dari petani kualitasnya sangat kurang baik semuanya,“ lirihnya
Selain itu dia juga menyampaikan kendala lain yang dihadapinya ketika musim buah tiba. Sebab usaha yang dimilikinya akan macet, lantaran orang lebih memilih membeli buah, karena tapai sudah dikonsumsi sehari-hari.
“Saya berharap kalau bisa petani singkongnya bisa diberi bimbingan dan pelatihan atau dikasih pupuk unggul, agar singkong yang ditanam menghasilkan kualitas bagus, bahkan lebih bagus lagi kalau ukurannya bisa lebih besar,“ harapnya.(ramadhani/dok)