REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Kepolisian resor (Polres) Kota Banjarbaru berhasil menggagalkan upaya penyuludupan narkotika jenis sabu-sabu seberat 10,3 kilogram pada tanggal 30 Mei 2025 lalu.


Dimana sabu tersebut rencananya akan di bawa dari Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) menuju Sulawesi Selatan (Sulsel) melalui jalur darat dan laut.
Kapolres Banjarbaru, AKBP Pius X Febry Aceng Loda menjelaskan, penangkapan dilakukan dalam rangkaian operasi dari Banjarbaru sampai ke Pelaihari.
Kemudian, Satresnarkoba menangkap tiga orang tersangka perempuan berinisial LN (18), KS (23), dan AF (29).
LN ini berhasil diringkus di daerah Jalan Angkasa, RT. 037 RW. 008, Kelurahan Syamsuddin Noor, ditemukan barang bukti narkotika sebanyak 1 lembar plastik klip berisi sabu dengan berat kotor 3,15 gram dan berat bersih 2,95 gram.
“Diduga kuat menjadi kurir sekaligus pengedar. LN dan rekannya ditangkap saat berada di kawasan Landasan Ulin, Banjarbaru. Berdasarkan keterangan awal dari LN, polisi mengembangkan kasus ini dan berhasil menangkap 2 tersangka lainnya di wilayah Banjarmasin,” jelasnya, Selasa (3/6/25).
Berdasarkan informasi yang didapat pihak kepolisian, sebagian narkoba lainnya telah disembunyikan di daerah Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut.
Alhasil, petugas melakukan penggeledahan di lokasi tersebut dan berhasil menemukan 10,3 kilogram sabu di area persawahan.
“Ketiga tersangka merupakan warga Pelaihari, tepatnya dari Desa Bramban dan Ketapang yang merupakan kampung LN,” sebutnya.
AKBP Pius menuturkan, sabu-sabu yang diamankan ini jika ditaksir dengan rupiah bernilai kurang lebih Rp650 juta per kilogram, sehingga total keseluruhan senilai Rp6,5 miliar.
“Dengan diamankannya barang bukti ini berhasil menyelamatkan sekitar 124.246 jiwa dari potensi penyalahgunaan narkoba,” ucapnya.
Sementara itu, Kasat Reses Narkoba Polres Banjarbaru, Denny Juniansyah menambahkan, ketiga tersangka di jerat dengan Pasal 114 ayat 2 juncto Pasal 112 ayat 2 Undang-undang nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika dengan ancaman hukuman minimal 20 tahun penjara.
“Ini masih dalam pengembangan. Kami terus dalami apakah mereka bagian dari jaringan yang lebih besar, termasuk pemasok dan pembuat barang haram ini,” tutupnya.
Diketahui, jaringan ini diduga baru pertama kali melakukan penguriman melalui jalur darat dan laut, disamping memanfaatkan celah pengawasan yang lebih longgar di pelabuhan.