REDAKSI8.COM – Tingginya harga tiket penerbangan domestik, sedikitnya membawa pengaruh terhadap industri pariwisata di hampir seluruh belahan daerah. Kunjungan wisatawan tentu saja memberi dampak terhadap PAD masing-masing.

Apalagi sejak tahun lalu, kebijakan bagasi berbayar yang diberlakukan oleh maskapai penerbangan terkemuka, wisatawan akhirnya mulai berpikir untuk membatasi barang bawaannya.
Dimana dulunya bisa dengan bebas mengantongi berbagai macam pernak-pernik hingga jajanan oleh-oleh khas suatu daerah, kini wisatawan lebih mengutamakan barang pribadi mereka agar tidak melebihi berat kuota yang sudah ditentukan.

Akibat hal ini menurut Micheal, seorang penjual sentral oleh-oleh khas Kalimantan Kota Banjarbaru, berdampak besar terhadap omset barang dagangannya.
Sebelum adanya bagasi berbayar, banyak wisatawan luar daerah menyempatkan mampir untuk berbelanja ke tokonya yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani KM 33 itu. Saat ini, Toko milik Michael cenderung lebih sepi.

“Alhamdulillah walaupun berkurang tapi masih ada aja yang mampir,” Katanya kepada reporter ini, Rabu (12/2).
Kebanyakan kata Michael, wisatwan yang berkujung membeli barang seperti dompet manik-manik, Kain songket sampai sasirangan. Akan tetapi, sekarang wisatawan lebih cenderung belanja makanan khas seperti Amplang. Selain harganya murah, jajanan tersebut lebih ringan dan tidak terlalu banyak memakan tempat.

“Sekarang orang mau belanja pikir-pikir mas. Harga tiketnya mahal bagasi pun berbayar,” tuturnya.
“Barang yang saya jual di sini standar aja. Harganya dimulai dari 25 ribu sampai 300 ribu rupiah,” tambah Michael.

Lebih jauh kepada Redaksi8.com, umumnya toko milik Michael ramai didatangi pada Akhir tahun dan lebaran Idul Fitri. Dihari – hari bersar seperti Haul Guru Sekumpul pun sedikitnya membawa pengaruh terhadap jualannya. Semua barang dagangan sambung Michael, berupa makanan khas dan produk kerajinan tangan asli olahan Kalimantan.
“Harapannya semoga kondisi seperti ini cepat membaik,” tutupnya