REDAKSI8.COM – Surga bawah laut di Pantai Teluk Tamiyang, Pulau laut Tanjung Slayar Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan mulai dikeluhkan oleh penduduk setempat. Lantaran, ekosistem yang mewarnai pantai seeksotis pantai Gili Trawangan Lombok, Nusa Tenggara Barat yang dipenuhi keanekaragaman terumbu karang perlahan tergerus.

Seperti yang disampaikan masyarakat lokal, Hasbullah, keragaman ekosistem terumbu karang di tempatnya itu sedikit demi sedikit rusak. Apalagi di sekitaran dermaga Pantai Teluk Tamiyang paparnya, mulai dari terumbu karang jenis acropora brancing, Tabulate hingga coral massive kini kian berkurang.
Dimana, jenis-jenis terumbu karang tersebutlah yang mendominasi keindahan pantai teluk tamiyang sejak dulu hingga sekarang.

Apalagi tambahnya, pemerintahan desa setempat sedang gencar-gencarnya mempromosikan keindahan panorama pantai teluk tamiyang sebagai salah satu destinasi wisata bawah air di Kalimantan Selatan.
“Ya sudah mulai banyak pengunjung mendatangi desa kami. Namun, melihat kondisi ekosistem yang menjadi nilai jual wisata di teluk tamiyang semakin tergerus, bagi kami ini kondisi yang memprihatinkan,” ungkap Hasbullah di kediamannya, Sabtu (19/7).
Ditanya penyebabnya Hasbullah membeberkan, saat musim barat, kapal tongkang pengangkut batu bara yang bisa berada dijalur pelayaran itu menghantam area terum karang. Tentu saja karena pengaruh derasnya arus dan gelombang, hingga menyeret kapal tersebut ke arah pesisir laut di Teluk Tamiyang.
“Kami warga disini sudah bersusah payah membangun promosi wisata, supaya banyak wisatawan datang berkunjung melihat ke elokan sumber daya alam di sini untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, setempat” tuturnya.
“Namun lihat saja, kalau terus seperti ini bisa jadi nanti menimbulkan kekecewaan terhadap para wisatawan yang datang jauh-jauh,” tutup Hasbullah.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan, Muhammad Fadhli mengatakan, kondisi riskan itu sudah dirasa dari beberapa tahun sebelumnya.

Bersama pihak perusahaan batu bara yang bersangkutan tambahnya, pihaknya sudah meminta pertanggungjawaban berupa perbaikan, salah satunya dengan melakukan transpaltasi terumbu karang di beberapa spot.
“Memang masih ada yang menyisakan kerusakan di beberapa titik. Karena dari pihak kami baru terjadi pergantian kepengurusan, saat ini kami fokus dulu melakukan inventarisasi masalah-masalah di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,” terangnya ketika ditemui pewarta di kantornya, Rabu (22/7).
“Kita sudah sering menerima laporan-laporan seperti ini. Dari pihak perusahaan katanya masih mau bertanggungjawab,” lebih jauh Kepada Redaksi8.com.
Saat ini, Fadhli panggilan akrabnya menukas, tengah fokus melakukan penanganan masalah serupa di daerah Pantai Angsana Kabupaten Tanah Bumbu, yang terjadi sekitaran akhir tahun 2019 lalu.
“Kami juga turut perihatin dengan kondisi ini. Akbiatnya hasil tangkap nelayan setempat juga ikut terpengaruh. Kami akan terus berusaha memperbaiki dan mengembalikan situasi seperti semula sebisa mungkin,” pungkasnya.