REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Di tengah derasnya arus modernisasi yang kerap mengikis tradisi, Sanggar Seni dan Budaya Nansarunai hadir sebagai benteng pelestarian identitas Dayak Dusun Ma’anyan. Berdiri di Banjarbaru, sanggar ini menjadi ruang berkumpul anak-anak muda untuk belajar, berkreasi, sekaligus merawat warisan leluhur agar tetap hidup di generasi berikutnya.
Ketua Pipakatan Dayak Dusun Ma’anyan (PDDM) Banjarbaru, Rempil S, menuturkan bahwa sanggar ini didirikan bukan sekadar tempat latihan, melainkan wadah membangun kesadaran akan pentingnya budaya.
“Tujuan utama sanggar ini adalah melestarikan seni dan budaya Dayak Dusun Ma’anyan. Ada tarian tradisional seperti tari giring-giring, bawo, dadas, hingga bahalai. Semua itu menjadi ruang ekspresi bagi anak-anak muda,” ujarnya.
Menariknya, Sanggar Nansarunai terbuka untuk siapa saja, dari anak-anak usia sekolah dasar hingga orang dewasa.
“Yang penting ada minat dan bakat menari, kami tampung semua. Jadi generasi muda bisa lebih mengenal budaya sendiri sejak dini,” tambah Rempil.
Tak hanya seni tari, sanggar ini juga merawat berbagai aspek budaya lain, mulai dari kuliner tradisional, hukum adat perkawinan, hingga kerajinan berupa miniatur tradisional.


“Misalnya makanan khas seperti wadai, lalu ada ritual upacara, hukum perkawinan adat, serta pembuatan miniatur peralatan tradisional,” jelasnya.
Sanggar yang beranggotakan putra-putri asli Dayak dan Dusun Ma’anyan, termasuk dari Kalimantan Tengah akan tampil dalam Festival Seni dan Pawai Budaya 2025 di Lapangan Murdjani, Banjarbaru.
“Anak-anak dari Kalteng juga banyak bergabung, jadi ini wadah bersama untuk melestarikan budaya leluhur,” kata Rempil.
Pada festival nanti, Sanggar Nansarunai akan menghadirkan suguhan istimewa berupa tarian bertema kehidupan berladang, dibalut dengan koreografi khas Kalimantan Tengah seperti tari dadas dan bahalai.
Tak hanya itu, mereka juga mempersiapkan stan pameran yang memajang pondok tradisional, peralatan berladang, hingga aneka pernak-pernik khas Kalteng.
“Selain ikut pawai dan menari, kami juga meramaikan stan pameran. Ada kain, baju tradisional, bakul, sampai minyak urut khas Dayak. Semua bisa dinikmati pengunjung,” terangnya.
Dengan semangat menjaga jati diri budaya, Sanggar Seni dan Budaya Nansarunai membuktikan bahwa warisan leluhur bukan sekadar masa lalu, melainkan sumber inspirasi untuk masa depan.