Kekacauan ini bukan hanya merusak kendaraan, tapi juga kepercayaan. Di forum terbuka yang dihadiri Pertamina Patra Niaga, Kilang Pertamina Internasional RU V, pengelola SPBU, ESDM, kepolisian, BPSK, hingga Kementerian Koperasi dan UKM, masyarakat tak lagi diam.
“Kami rugi dua kali, Pak! Sudah beli BBM, lalu bayar biaya bengkel. Ini bukan kesalahan kami,” tegas Irvan Jaya, perwakilan ojek online, yang menyuarakan keresahan rekan-rekannya yang kehilangan penghasilan harian karena motor mogok usai mengisi pertalite.
Suasana makin tegang saat Budi Hariyanto dari PMI mengisahkan kejadian memilukan: ambulans mereka mogok saat membawa pasien. “Saya terpaksa pindahkan pasien ke kendaraan lain. Kami hubungi call center, tapi jawaban mereka seperti robot. Tiga hari hanya untuk menunggu, tanpa kepastian,” ungkapnya geram.
Sekitar 600 kendaraan disebut terdampak akibat insiden ini. Anggota Komisi II, Ayub, menyatakan hal ini sebagai bentuk kelalaian serius. “Ini mencederai kepercayaan masyarakat. Kalau tidak ada tindakan cepat dari Pertamina, kami akan minta KPK turun tangan,” tegasnya.
Ketua Komisi II DPRD Kaltim menuntut langkah nyata dan transparan: investigasi menyeluruh, pertanggungjawaban terbuka, dan kompensasi konkret bagi warga yang dirugikan.
“Jangan jadikan rakyat kelinci percobaan. Ini bukan hanya urusan BBM, ini soal nyawa, penghidupan, dan rasa aman,” pungkasnya.
Masyarakat kini menanti: Akankah Pertamina menebus kesalahan, atau justru memilih bungkam di tengah badai kepercayaan yang runtuh.